KABANJAHE, Waspada.co.id – Akibat hujan dengan intensitas yang cenderung deras menyebabkan longsor yang menutup akses Jalan Jamin Ginting, Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Karo.
“Hingga kini 10 orang masih dinyatakan hilang dan diduga tertimbun material longsor,” kata Kapolres Tanah Karo, AKBP Eko Yulianto, Minggu (24/11).
Selain 10 orang yang dinyatakan hilang, beberapa bangunan juga rusak yakni delapan rumah warga, satu bungalow, Masjid Al-Hidayah, serta sejumlah kendaraan. Selain itu, sejumlah kendaraan juga tertimbun.
Adapun korban hilang, yakni Sehat br Surbakti (65), Elia Agustina (50), Ema Sari (26), Eliza Surbakti (4), Pia Surbakti (8), Jihan Selviani (23), Efriandri Surbakti (30), Farhan Nugraha (31) yang merupakan pegawai BRI Tanjungbalai, M Subhan Anas (40) selaku Kepala Unit BRI Tanjungbalai, dan satu orang yang belum diketahui identitasnya.
Akademisi Universitas Sumatera Utara, Roy Fachraby Ginting, menyatakan keprihatinannya atas bencana tanah longsor di Kabupaten Karo yang membuat terputusnya hubungan transportasi antara Medan ke Tanah Karo dan ini semua dampak dari kerusakan hutan yang semakin parah dan pembiaran perusakan hutan selama ini.
Menurutnya, rakyat saat ini juga tidak mau peduli dan pemerintah juga melakukan pembiaran sehingga kerusakan hutan semakin meluas dan hal ini tentu tinggal menunggu bencana alam yang lebih besar sudah di depan mata.
Cendekiawan yang cukup kritis ini menerangkan hutan atau kerangen dalam Bahasa Karo memiliki manfaat yang baik bagi kehidupan seluruh makhluk hidup dan termasuk kita semua.
“Nenek moyang Suku Karo sejak ratusan lalu sudah memberikan perhatian dan perlindungan hutan sebagai pemberi oksigen dan juga penyerap karbon dioksida dan menjadi sumber penghidupan masyarakat desa dengan konsep kerangen kuta dan tapin kuta yang di jaga ketat sekali dengan memadukan kepercayaan mistis atau keramat,” terang Roy.
Ia pun mengingatkan bahwa sejak dahulu masyarakat desa di Karo sungguh sadar bahwa hutan yang asri dan terjaga memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup mereka dan bagi seluruh umat manusia dan juga lingkungan, katanya.
“Namun tidak dipungkiri lagi, bahwa kita tidak peduli lagi dengan kerusakan hutan di depan mata dan sungguh menjadi suatu permasalahan besar. Tentu sangat memprihatinkan dengan keserakahan membabat dan merusak hutan,” ujarnya.
Bagaimana tidak, Roy mengakui hutan saat ini sudah banyak yang beralih fungsi menjadi kafe dan tempat wisata.
Pengerusakan seakan tidak terhindarkan dan celakanya pemerintah yang seharusnya sebagai garda terdepan untuk melindungi hutan namun tidak berkutik menyaksikan perambahan dan perusakan hutan.
Tentu hal ini tinggal menunggu waktu bencana besar akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan lingkungan.
Lebih lanjut, banyak hutan di wilayah Tanah Karo Simalem dan sekitarnya seperti Deliserdang, Langkat dan Simalungun serta Dairi yang kini menjadi gundul akibat ulah manusia yang egois dan serakah dengan melakukan penebangan liar serta alih fungsi lahan.
“Oleh karena itu kita memerlukan hadir pemimpin yang ada di eksekutif dan legislatif untuk sadar bahwa bencana ekologi sudah di depan mata. Mari berjuang bersama dan perlu ada yang memimpin kita menyatukan kekuatan putra putri Karo yang sudah duduk di DPRD serta DPR RI untuk segera melawan gerakan perambahan perusakan hutan karena menjadi sumber bencana,” pungkasnya. (wol/lvz/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post