MEDAN, Waspada.co.id – Di ajang Asian Primate Symposium 2024 yang berlangsung di Universitas Sumatera Utara, PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, mempresentasikan inovasi harmonisasi kegiatan pertambangan dengan pelestarian.
Denban mengangkat tema “Living in Harmony with Primates” di mana ada proyek 13 jembatan arboreal yang dilengkapi camera trap, Perusahaan dapat membangun kehidupan yang berdampingan dan berkelanjutan antara manusia dengan primata.
Sebanyak 295 partisipan, mencakup ilmuwan, pakar primata, dan konservasionis dari berbagai negara, dengan beragam topik diskusi tingkat tinggi soal primata yang ikut dalam Asian Primate Symposium ke-9 yang berlangsung di Universitas Sumatra Utara.
Di ajang bergengsi tersebut, PT Agincourt Resources (PTAR) mengangkat penelitian berjudul “Arboreal Bridges for Sustainable Human-Primates Coexistence within Ecologies Adaptation at Martabe Gold Mine.
Di sela-sela kegiatan event, Superintendent Environmental Site Support Agincourt Resources, Syaiful Anwar menuturkan pemasangan jembatan arboreal merupakan bagian dari komitmen Perusahaan untuk memastikan keberlangsungan hidup ekosistem primata di sekitar areal tambang dengan tetap menjaga habitatnya.
Jembatan arboreal yang menyerupai jembatan gantung dan dirancang khusus untuk hewan arboreal atau hewan-hewan yang sebagian besar hidupnya di atas pepohonan berperan sebagai penghubung antarfragmen di hutan yang ada di area Tambang Emas Martabe. Melalui jembatan arboreal, primata dapat dengan bebas berpindah ke area lain, mencari makan, dan berkembang biak tanpa terhalang aktivitas manusia.
“Di mana Jembatan arboreal memberikan fleksibilitas bagi primata untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekaligus mengurangi risiko konfik antara satwa dengan manusia,” ungkap Syaiful, Senin (1/12).
Sepanjang 2023-2024, terekam enam spesies memanfaatkan jembatan arboreal di kawasan Tambang Emas Martabe. Mereka adalah huliap (Presbytis sumatrana), beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung kelabu (Trachypithecus cristatus), jelarang hitam (Ratufa bicolor), dan musang akar jawa (Arctogalidia trivirgata).
Di kesempatan yang sama Manager Environmental Agincourt Resources, Mahmud Subagya, menambahkan bahwa jembatan arboreal merupakan salah satu contoh nyata bagaimana industri pertambangan dapat berjalan beriringan dengan upaya konservasi keanekaragaman hayati.
“Partisipasi PTAR dalam Asian Primate Symposium menegaskan komitmen kami terhadap pelestarian keanekaragaman hayati Sumatra, sekaligus memastikan praktik tambang yang berkelanjutan. Proyek ini tidak hanya memberikan manfaat bagi satwa liar, tetapi juga bagi masyarakat sekitar dan generasi mendatang agar bisa tetap terjaga dengan baik dan ekosistemnya tidak rusak,” ucapnya.
Jembatan arboreal di Tambang Emas Martabe menjadi tonggak penting dalam upaya melindungi kekayaan ekologi di alam Sumatra. Proyek ini membuktikan bahwa dengan komitmen yang kuat, dapat tercapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Selain itu, terdapat dua penelitian lain tentang konservasi keanekaragaman hayati di Tambang Emas Martabe dipresentasikan di Asian Primate Symposium 2024. Penelitian tersebut dilakukan oleh mahasiswa Universitas Nasional, Jakarta, selama bermagang di PTAR. Mereka adalah Dimas Firdiyanto dan Fathiya Rahma.
Melalui penelitian berjudul “Spacing Behavior of Presbytis Sumatrana in Martabe Gold Mine Forest Batang Toru,” Dimas menunjukkan bahwa perilaku jarak huliap di hutan yang terfragmentasi dapat menjadi pertimbangan manajemen PTAR membangun koridor buatan.
Sementara, penelitian Fathiya bertajuk “Presbytis sumatrana Daily Activity and Feeding Behavior in the Concession Forest, Batang Toru” memberikan wawasan penting tentang aktivitas harian dan perilaku makan huliap yang dapat digunakan untuk melindungi huliap dan habitatnya serta membantu pengelolaan lingkungan hidup di sekitar area pertambangan.
“Jadi, selama 4 bulan kami magang dan melakukan penelitian di PTAR, di mana kami mendapati banyak upaya PTAR dalam melestarikan keanekaragaman hayati di kawasan Batang Toru, juga implementasi aturan ketat bagi karyawan untuk menjaga lingkungan hidup, ini yang membuat ketertarikan kita untuk melakukan penelitian,” ucap salah seorang mahasiswa peneliti, Fathiya.
Banyak hal baru yang didapat selama penelitan dan tentu ini menjadi hal yang sangat menarik, apalagi yang diamati adalah salah satu habibat Huliap.
Untuk melindungi keanekaragaman hayati, PTAR secara berkala merehabilitasi dan mereklamasi bekas area tambang. Sepanjang 2023-2024, berbagai inisiatif keanekaragaman hayati PTAR telah dijalani.
“Sehingga ini menjadi ketertarikan kami melakukan penelitian dan sejalan dengan program-pragram PTAR dalam menjaga keberagaman hayati,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post