MEDAN, Waspada.co.id – Harga telur ayam mengalami kenaikan sekitar Rp100 per butir berdasarkan hasil pemantauan di sejumlah pasar tradisional di wilayah Medan dan Deliserdang di pekan ini atau menjelang Ramadhan,
Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan sementara itu, sejumlah temuan lainnya justru menunjukan kenaikan yang lebih tinggi sekitar Rp300 per butir selama periode dua pekan terakhir.
“Kenaikan harga telur ayam saat ini tidak terlepas dari kenaikan harga jagung yang terjadi sebelumnya,” tuturnya, Rabu (28/2).
Meksipun kenaikan harga telur ayam belakangan ini belum terjadi dengan serentak, terlebih di pedagang pengecer. Namun saya memperkirakan penurunan harga telur ayam diproyeksikan akan terjadi dalam waktu dekat. Salah satu pemicunya adalah penurunan harga pakan seperti jagung. Diketahui Bulog mendistribusikan jagung bersubsidi seharga Rp5.000 per kg untuk peternak ayam petelur.
“Dampak dari kebijakan tersebut bukan hanya dirasakan oleh peternak yang mendapatkan subsidi pakan jagung tersebut. Tetapi telah meredam kenaikan harga jagung secara keseluruhan. Dari pantauan panel harga jagung maupun survey di lapangan, jagung saat ini ditransaksikan dikisaran Rp6.100 – Rp6.300 per Kg. Setelah sempat naik hingga mencapai Rp7.000 per Kg nya,” ungkapnya.
Di sisi lainnya, Bulog juga masih bertahap dalam mendistribusikan jagung bersubsidi. Yang artinya masih ada distribusi pakan jagung selanjutnya. Sehingga penurunan harga jagung tersebut nantinya diharapkan bisa menekan harga produk turunan dari ayam seperti daging ayam, telur ayam hingga produk unggas lainnya.
“Akan tetapi, masalah belum berhenti sampai disini. Musim panen jagung sudah terlewati, namun faktanya tanpa ada distribusi jagung bulog harga bisa saja bertahan di angka 7.000-an per Kg. Bisa disimpulkan faktor cuaca menjadi salah satu pemicu memburuknya produksi jagung belakangan ini,” jelasnya.
“Dan pemerintah harus menghitung berapa ekspektasi produksi jagung di masa yang akan datang. Dengan harapan ada kebijakan pre-emptive untuk meredam kemungkinan terjadinya gagal panen jagung di masa yang akan datang,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post