MEDAN, Waspada.co.id – Nama Imam Rizaldi pria 41 tahun, pernah mendapatkan tempat khusus di hati pasangan Calon Wali Kota Medan nomor urut 2, Ridha Dharmajaya dan Abdul Rani.
Nama Imam kerap disebutkan kedua pasangan ini di setiap kesempatan. Teranyar, saat debat paslon yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) kota Medan.
Imam dijadikan contoh bagaimana dirinya sejak usia 11 tahun menderita Diabetes, dan selama 22 tahun dirinya melalui hari-hari dengan penyakitnya.
Bahkan, Imam juga harus cuci darah sejak dua tahun belakangan dan bersiap menjalani operasi katarak matanya.
Namun kini Imam telah tiada. Imam menghembuskan nafas terakhirnya di RS Bunda Thamrin, pada Jumat (6/12) lalu. Jasadnya pun disemayamkan di TPU Kayu Besar Jalan MH Thamrin.
Dari penuturan sang bunda, Elita Tanjung, buah hatinya itu sempat melewati masa kritisnya di ruang ICU.
“Dua hari sebelum meninggal (Rabu, 4 Desember) Imam sempat cuci darah. Namun keesokan harinya, dia alami sesak napas karena di paru-parunya ada air. Bahkan Imam masih minta tolong ke dokter agar cairannya disedot. Sempat mendapatkan perawatan ICU hingga akhirnya Imam menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat kemarin,” kenang Elita saat menceritakan kisah itu kepada Prof Ridha ketika berziarah ke makam Imam, Kamis (19/12).
Kendati Imam tak lagi membersamai kisah perjalanan Ridha dan Rani, namun bagi Prof Ridha nama Imam masih tetap melekat di hatinya.
Selain itu ada pelajaran penting yang bisa diambil dari sosok ayah dua orang anak itu.
Ya, Imam diketahui mengalami diabetes sebagai penyakit bawaan dari orang tuanya.
Saat debat paslon, Prof Ridha mengungkap bagaimana Universal Health Coverage (UHC) atau Jaminan Kesehatan memang sangat membantu masyarakat.
Hanya saja yang lebih terpenting menurutnya adalah bagaimana peningkatan pelayanan kesehatan di tengah masyarakat, dalam hal ini Puskesmas bisa melakukan pencegahan agar tidak terjadi lagi kasus yang sama lagi seperti Imam.
“Ya kita merasa banyak yang kita lihat sepertinya sudah berjalan dengan baik dan semuanya jadi seperti autopilot yang berjalan dengan sendirinya tapi sebenarnya dari kasus ini kita bisa mengetahui bahwa ada hal yang bisa kita lakukan dengan lebih baik kalau saja kita bisa melakukan pencegahan terhadap timbulnya sebuah penyakit preventif,” ungkapnya.
Masih menurut Prof Ridha, tindakan preferensi penyakit seperti yang diderita Imam yakni diabetes itu bisa dihindari dari seorang anak yang lahir dari bapak yang diabetes.
“Jadi kita bisa menghindari itu dan tidak timbul pada anaknya sehingga tidak perlu lagi ada kondisi seperti Imam yang mengalami diabetes selama 22 tahun dan dua tahun terakhir cuci darah dan dalam persiapan untuk operasi katarak walaupun akhirnya Imam enggak sempat melaksanakan operasi kataraknya,” ungkap Prof Ridha. (wol/pel)
Discussion about this post