MEDAN, Waspada.co.id – Kinerja ekspor karet alam asal Sumatera Utara pada tahun 2024 mencerminkan penurunan yang signifikan. Berdasarkan data yang tercatat, volume ekspor karet alam dari Sumatera Utara sejak tahun 2017 hingga 2024 menunjukkan tren penurunan yang konsisten.
Pada tahun 2017, volume ekspor tercatat sebesar 512.725 ton, namun pada tahun 2024, volume ekspor turun menjadi 254.376 ton, yang berarti terjadi penurunan sebesar 50,3% dibandingkan dengan tahun 2017. Penurunan ini jauh di bawah tingkat ekspor normal tahunan yang seharusnya dapat mencapai 500 ribu ton per tahun.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menuturkan penurunan kinerja ekspor ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, penurunan permintaan dari pabrik ban internasional terhadap karet alam Indonesia telah berdampak pada berkurangnya serapan produk karet Indonesia di pasar global.
“Kedua, persaingan yang semakin ketat dari negara-negara penghasil karet lainnya, seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam, turut mengurangi pangsa pasar Indonesia di pasar dunia,” tuturnya, Jumat (10/1).
Peningkatan harga yang tercatat pada kuartal IV tahun 2024, dengan harga rata-rata SICOM-TSR20 mencapai 174,34 sen AS per kg, menjadi sinyal positif bagi industri karet Indonesia. Namun, meskipun harga meningkat, peningkatan tersebut belum diikuti oleh kenaikan produksi atau pasokan yang signifikan.
“Bahkan, pada kuartal IV 2024, pasokan karet alam dari Sumatera Utara tidak mengalami perbaikan yang berarti, yang membuat pemulihan pasar menjadi lebih sulit untuk dicapai,” jelasnya.
Terkait negara tujuan ekspor, karet alam Sumatera Utara masih terdistribusi ke pasar tradisional yang telah menjadi tujuan utama ekspor selama ini.
“Pada tahun 2024, total ekspor karet alam ke Eropa tercatat sebesar 13,01%. Negara-negara tujuan ekspor utama ke Eropa antara lain Jerman, Prancis, Polandia, Spanyol, Belgia, Italia, Slovenia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Rumania, Yunani, Belanda, Kroasia, Finlandia, Inggris, Serbia, dan Ceko,” jelasnya.
Selain Eropa, lima negara utama tujuan ekspor karet alam Sumatera Utara adalah Jepang (37,99%), Amerika Serikat (21,52%), Brasil (6,77%), China (6,52%), dan India (6,42%).
“Namun, di tengah tantangan ini, ada perkembangan signifikan di pasar karet global, khususnya di Afrika. Negara-negara penghasil karet di Afrika, termasuk Pantai Gading, semakin menunjukkan kemajuan yang pesat dalam produksi dan ekspor karet alam. Hal ini memberi dampak besar terhadap dinamika pasar karet dunia, menambah tingkat persaingan di pasar internasional, dan semakin memperburuk tantangan yang dihadapi Indonesia,” katanya.
Dengan masih adanya tantangan dalam meningkatkan produksi dan persaingan yang ketat di pasar global, diharapkan sektor karet alam Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, dapat beradaptasi dengan perubahan pasar.
“Pemerintah dan pelaku industri karet harus terus berupaya meningkatkan daya saing dan inovasi agar Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam pasar karet dunia,” pungkasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post