MEDAN, Waspada.co.id – Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, memprediksi selama Ramadhan ada beberapa bahan pangan yang hampir mustahil turun.
“Dari pantauan di pasar tradisional, mulai terlihat ada lonjakan permintaan beberapa komoditas pangan masyarakat,” tuturnya, Jumat (8/3).
Sejumlah komoditas seperti daging, cabai, bawang dan bumbu-bumbuan mulai menunjukan adanya peningkatan permintaan. Namun, sejauh ini hanya cabai yang memiliki kecenderungan untuk naik harganya seiring dengan peningkatan permintaan tersebut.
“Untuk daging ayam sejauh ini masih di kisaran Rp40.000 per Kg, harga daging sapi masih di kisaran Rp125.000 per Kg nya, beras masih belum berubah, gula pasir masih di kisaran Rp18.000 per Kg yang paling mahal, minyak goreng curah ada di kisaran Rp16.000 per Kg, cabai merah ada di kisaran Rp55.000 hingga Rp60.000 per Kg, cabai rawit dijual di kisaran Rp40.000 per Kg, tomat ada di kisaran Rp15.000 an per Kg, dan kentang ada di kisaran Rp15.000 an per kg nya,” ungkapnya.
Lalu, telur ayam, bawang merah, bawang putih, sejauh ini masih bergerak sama. Meskipun di februari kemarin harga telur ayam sudah mengalami kenaikan 100 hingga 300 rupiah per butirnya. Di saat awal ramadhan nanti, puncak belanja masyarakat kemungkinan akan terjadi pada Sabtu hingga hari senin. Dan puncak konsumsi selanjutnya di sepekan jelang Idul Fitri.
“Dari hasil observasi, saya menilai harga cabai berpeluang turun setelah ramadhan pertama nantinya. Cabai diproyeksikan akan berada dalam rentang Rp40.000 hingga Rp50.000 per Kg nya. Dan selanjutnya berpeluang untuk kembali mengalami penurunan. Sementara itu, sejumlah harga kebutuhan pokok diproyeksikan sulit atau bahkan hampir mustahil turun selama ramadhan ini jika tanpa ada intervensi pemerintah,” katanya.
Seperti harga minyak goreng yang mungkin masih akan bertahan di level yang sama Rp16.000 per Kg. Tren konsumsi yang naik diiringi dengan kenaikan harga CPO dunia menjadi pemicunya. Harga beras juga diproyeksikan akan bertahan di level saat ini.
Kehadiran Bulog dalam menjaga stabilitas beras masih akan sangat bergantung dari seberapa banyak cadangan beras pemerintah (CBP) atau Bulog yang siap digelontorkan ke pasar.
“Jika CBP masih dalam posisi yang sama, mustahil bisa menekan harga beras mengingat musim panen di februari nyatanya tidak membuat harga beras turun serentak. Selanjutnya harga gula pasir yang tengah diselimuti masalah pasokan dari India karena larangan ekspor. Ditambah lagi kabar dari banyak sumber mengenai produksi gula Thailand yang mencapai titik terendah dalam 12 hingga 13 tahun terakhir. Dimana produksinya diperkirakan anjlok 32% pada musim 2023/2024,” ungkapnya.
Gula pasir yang saat ini dijual di kisaran harga Rp17.500 hingga Rp18.000 per Kg diproyeksikan sulit untuk mengalami penurunan, terlebih jika produksi gula tanah air juga bernasib sama dengan produksi di negara lain. Selanjutnya ada daging ayam yang juga sangat sulit untuk turun di bawah Rp35.000 ribu per Kg. Hal ini dipicu oleh kenaikan biaya input produksi, kenaikan harga pakan ditambah dengan konsumsi yang anjlok yang memaksa pengendalian pasokan ayam indukan oleh peternak,” ungkap Gunawan.
Selanjutnya telur ayam, meskipun diproyeksikan stabil tetapi harga telur ayam masih memiliki sedikit kemungkinan untuk turun. Dikarenakan harga pakan yang mahal, walaupun dari sisi pasokan telur diproyeksikan akan mengalami peningkatan.
“Jika tanpa dibarengi dengan intervensi oleh pemerintah, dan jika harga yang terbentuk sepenuhnya mengacu kepada pasar, maka hampir mustahil harga sejumlah kebutuhan tadi turun harganya,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post