MEDAN, Waspada.co.id – Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Hassanudin optimis dapat mencapai penurunan prevelansi stunting pada tahun 2024 yaitu sekitar 14 persen
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka prevalensi stunting di Sumut berhasil turun menjadi 18,9 persen, atau berkurang sekitar 2,2 persen, dari tahun sebelumnya 2022 sebesar 21,1 persen.
“Inilah upaya kita menekan angka stunting hingga mencapai target, kita terus berupaya pada tahun ini kita anggarkan sebanyak Rp370 miliar, kita optimis stunting bisa capai target yang ditetapkan pada tahun 2024 yaitu 14%,” kata Hassanudin, di Kantor Gubernur, Jalan Diponegoro, Jumat (22/3).
Sesuai data SKI 2023, Sumut berada di urutan sembilan dengan angka prevalensi stunting terendah se-Indonesia. Angka prevalensi Sumut tersebut juga berada di bawah angka prevalensi nasional yakni 21,5 persen.
“Kita juga berada di bawah nasional, tapi tahun ini kita kejar target 14%, kita pasti bisa,” ujarnya.
Mantan Pangdam I/BB ini mengatakan, selama tahun 2023, Pemeritnah Provinsi (Pemprov) Sumut telah melakukan berbagai upaya kolaboratif untuk menekan angka stunting. Upaya tersebut berhasil menurunkan angka stunting sebesar 2,2 persen.
“Selain Pemprov Sumut, upaya penurunan stunting ini juga upaya kolaboratif dari semua pihak, hasilnya penurunan stunting ini, kita terus perkuat koordinasi dan sinergi,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, upaya pengendalian prevalensi stunting di Sumut, merupakan prioritas daerah bahkan nasional. Untuk itu, perlu jadi perhatian bersama seluruh pihak.
“Upaya pengendalian prevalensi stunting di Sumut adalah sebuah prioritas yang tak terbantahkan, kami akan terus berkomitmen untuk mengintensifkan langkah-langkah kami dalam memerangi masalah ini,” katanya.
Selain itu, kata Hassanudin, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, salah satunya akses layanan kesehatan di daerah terpencil.
Untuk itu, Pemprov Sumut berkomitmen terus meningkatkan efektivitas program intervensi yang ada. Sembari mengembangkan inisiatif baru yang lebih inovatif dan terarah.
“Misalnya percepatan intervensi langsung pada ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan remaja. Masa depan generasi kita tergantung pada tindakan-tindakan kita hari ini, kami terus memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang dengan sehat,” pungkasnya. (wol/man/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post