MEDAN, Waspada.co.id – Warga Helvetia yang terdiri dari kelurahan Helvetia Timur, Helvetia Tengah, Tanjung Gusta dan Helvetia kompak keluhkan persoalan yang dihadapi lingkungan tempat tinggalnya saat menyambut kedatangan tokoh masyarakat, Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp.BS (K), di Jalan Gaperta, Gang Wongso, Kamis (28/3) sore.
Kedatangan guru besar fakultas kedokteran USU ini di Helvetia tak lain mengisi agenda pembagian hadiah pemenang lomba foto khitan yang telah diinisiasinya sejak akhir Desember 2022 lalu.
Sebagai sosok akademisi yang dianggap peduli dengan masyarakat, Prof Ridha diyakini mampu memberi solusi atas permasalahan banjir, mahalnya sembako hingga peredaran narkoba yang merusak generasi muda.
Hal itu diungkapkan Ita Hariana perwakilan dari Permata Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kelurahan Helvetia Timur.
“Jadi Prof di Helvetia Timur tepatnya Gang Mushola itu selalu dihantui banjir saat hujan datang. Kondisi ini sangat meresahkan pastinya apalagi saat bulan puasa. Ditambah lagi harga sembako yang mahal. Kami berharap Prof Ridha bisa mengatasinya jika nantinya dipercaya memimpin Kota Medan,” ucap Ita diamini warga lain yang hadir di acara tersebut.
Keluhan lain disampaikan Lindawati. Warga Helvetia Tengah ini juga mengeluhkan kondisi Lorong Setiabudi yang gelap gulita, serta jalanan rusak karena kerap digunakan sebagai alternatif saat macet.
“Ditambah lagi banjir Prof karena penutup parit sering dimalingin sama anak-anak muda yang kecandu narkoba. Ini menjadi kekhawatiran kita Prof. Semoga nantinya Prof Ridha jika mendapatkan amanah memimpin Kota Medan mampu mengatasinya,” ungkap Linda.
Menyahuti hal itu, Prof Ridha tak menampik jika mahalnya sembako terutama beras diakibatkan permainan orang yang tidak bertanggung jawab.
“Padahal harga gabah itu sekilonya enam ribu. Tapi di tengah, harga ini dimainkan sehingga di pasaran mencapai Rp15 ribu. Petani tidak menikmati harga beras yang mahal ini. Harus ada perubahan untuk melakukan sesuatu,” tegasnya.
Prof Ridha mencontohkan, Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan.
“Zaman pak Anies mereka bisa ekspor beras ke luar negeri. Itulah kalau pemerintahnya mau berbuat untuk rakyat. Dengan membuat sawah produktif di beberapa lahan yang ada di Kota Medan ini bisa saja dilakukan. Sehingga harga gak pernah naik, dan semua dikuasai oleh petani,” terang Prof Ridha.
Menyahuti banjir dirinya mengaku telah melakukan komunikasi dengan pengamat lingkungan bagaimana mengatasi kondisi tersebut.
“Kita sudah punya formulanya setelah berbincang dengan sejumlah ahli. Jika memang ada kesempatan dan dipercaya kita akan lakukan bersama. Bantu saya untuk membawa perubahan menuju perbaikan bagi Kota Medan,” ungkap Prof Ridha.
Sebelum mengakhiri, dirinya juga menyinggung problematika peredaran narkoba yang dialami hampir setiap kecamatan di Kota Medan.
“Narkoba ini cukup mengkhawatirkan. Hampir semua kecamatan. Ditambah lagi kapasitas rumah rehabilitasi bagi korban narkoba di Medan begitu kecil dan sulit dapat tempat. Selain itu yang ada juga harganya mahal ini yang perlu dibenahi. Narkobanya sendiri harus diselesaikan serius baik pengedarnya juga produksinya,” tegasnya.
Untuk menampung seluruh keluhan dan aspirasi masyarakat, Prof Ridha tak lupa menuliskan secara rinci di lembaran buku besar yang kerap dibawanya.
Tak hanya itu, dirinya juga turut memberikan nomor kontak pribadinya untuk lebih mudah berkomunikasi dengan warga dalam menemukan solusi dari tiap permasalahan yang dihadapi. (wol/ags/d2)
Discussion about this post