MEDAN, Waspada.co.id – Nurasimah, seorang ibu yang tinggal di kawasan Medan Labuhan tak kuasa menahan air matanya saat menyampaikan problematika yang dihadapinya kepada tokoh masyarakat Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp.BS (K).
Kehadiran guru besar fakultas kedokteran USU di Jalan KL Yos Sudarso, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, Sabtu (30/3), tak lain untuk menyerahkan hadiah lomba foto khitan yang telah diinisiasinya sejak akhir Desember 2022 lalu.
Dalam perjalanannya juga, Prof Ridha turut menerima keluhan para warga terkait probelm yang dihadapi warga di lingkungan tempat tinggalnya.
Saat itulah Nurasimah mengadukan perihal keidakmampuannya untuk menyekolahkan buah hatinya di SD Islam Terpadu.
Keinginan mulia agar anaknya bisa mendapatkan pendidikan agama tak selaras dengan tingginya biaya pendidikan.
“Jadi Prof saya ingin sekali menyekolahkan anak kami di sekolah Islam terpadu yang ada di lingkungan kami. Karena saat ini sekolah agamalah yang bisa menyelamatkan generasi muda kami dari bahaya narkoba yang terus mengancam masa depan mereka,” ujar Nurasimah.
“Tapi keinginan itu terpaksa kami simpan karena kami tak sanggup untuk memasukkan anak kami di sekolah itu karena biayanya cukup mahal. Kami berharap Prof Ridha bisa memberikan solusi agar harapan kami memiliki anak dengan modal agama yang kuat agar bisa membentengi diri mereka,” sambungnya.
Menjawab hal itu, Prof Ridha melihat jika lembaga pendidikan swasta punya perhitungan sendiri.
“Tapi walau begitu, kita berupaya mendorong nanti agar sekolah negeri bisa menerapkan kurikukum Keislaman agar generasi muda kita memiliki pondasi kuat menghadapi lingkungan yang rudak dan diracuni dengan narkoba,” ujarnya.
Kesedihan juga terpancar dari Nurliana. Warga Batang Kilat, Sei Mati, Medan Labuhan itu juga menyayangkan banyaknya kabar miring akan kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan Islam terkhusus pesantren.
“Pesantren saya dengar dari teman-teman adanya insiden pemukulan yang dilakukan oleh senior . Ada kekhawatiran kami sebagai orang tua, padahal pesantren langkah awal untuk mennghindari lingkungan yang sudah rusak,” ucapnya.
Prof Ridha menyahuti jika kejadian tersebut hanya terjadi di beberapa pesantren dikarenakan lemahnya pengawasan.
“Tidak semua pesantren seperti itu. Mungkin itu lepas pengawasan dari pesantrennya. Tapi ini juga menjadi masukan agar bisa kita cari solusinya,” ujar Prof Ridha.
Dalam kesempatan itu juga Prof Ridha menerima masukan seluruh warga Medan Labuhan dan juga beberapa warga Medan Marelan yang hadir untuk diarsipkannya dalam buku besar sebagai catatan penting di tiap pertemuan yang telah dilakukan.
Sebelum menutup pertemuan, Prof Ridha juga menerima keluhan akan situasi lingkungan Jalan Ileng, Medan Marelan yang sangat meresahkan karena menjadi lokasi perdagangan narkoba.
“Jalan Ileng terkenal sebagai lokasi basis narkoba Prof. Banyak anak muda yang tak tamat sekolah, pengangguran dan mereka memilih menjual narkoba. Saya berharap ini menjadi perhatian kepada Prof jika berkesempatan memimpin kota ini (Medan). Karena yang saya dengar banyak warga yang menginginkan Prof jadi Waliota Medan,” katanya.
Prof Ridha menyahuti, sebagai masyarakat sudah saatnya bersuara.
“Kira harus lawan. Yang berat adalah orang baiknya diam melihat kejahatan yang terus terjadi. Di negara lain membutuhkan banyak orang muda untuk bekerja di negaranya, karena orang mudanya sangat sedikit,” ungkap Prof Ridha.
“Indoensia, kita banyak orang muda dengan situasi bonus demografi yang kita hadapi tapi kenapa jadi bencana bukan menjadi berkah. Karena narkoba tadi,” sambungnya lagi.
Kondisi itu menurutnya cukup Ironi dan harus diatasi.
“Narkoba tidak ada alasan selain memerangi. Secara prinsip kita harus lawan. Selain ada juga keterlibatan aparat. Rumah rehab juga jadi masalah karena tingginya biaya rehab. Ketika kita maju untuk memperbaiki kota ini kita harus mendengarkan dan mendapatkan masalahnya langsung dari bawah,” tuturnya mengakhiri. (wol/pel)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post