MEDAN, Waspada.co.id – Aliansi Pemuda Sumut (APSU) secara blak-blakan menjadikan sosok Prof Dr dr. Ridiha Dharmajaya Sp.BS (K) sebagai favorit wali kota Medan periode 2024-2029.
Pandangan sekelompok pemuda yang tergabung dari berbagai elemen kemahasiswan di Sumatera Utara itu dilandasi dari sepak terjang Prof Ridha dalam berbagai kegiatan yang menyentuh langsung kepada masyarakat.
Selain penggerak khitanan massal, guru besar fakultas kedokteran USU itu juga menjadi inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) yang memiliki misi mulia penyelamatan generasi muda dalam memanfaatkan bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.
Hal itu disampaikan kordinator APSU, Taufik Prima saat beraudiensi di Jalan Pemuda Medan, Sabtu (25/5) siang.
“Prof Ridha ini salah satu yang kami favoritkan untuk maju dan menang pada Pilkada kota Medan nanti. APSU tidak ingin anak muda apatis lagi, karena ada sosok yang benar-benar peduli dengan kaum muda khususnya,” ujar Taufik.
Apalagi, sambung Taufik, masa depan negeri ini ada di tangan pemimpin.
“Kami juga siap berjuang meyakinkan parpol untuk tidak ragu mendukung prof karena APSU dengan berbagai latarbelakang organisasi kemahasiswaan siap mendukung prof,” ujarnya.
Namun, sebelum tiket rekomendasi hadir, Taufik mengungkapkan pentingnya APSU hadir untuk ikut bersama meningkatkan elektabilitas dan popularitas prof Ridha.
Hal senada disampaikan sekretaris APSU Rizkinta Sitepu.
“Kita melihat saat ini kepedulian masyarakat begutu besar terhadap prof Ridha dengan beragam kegiatan sosial dan aktifitas masyarakat lain yang telah dilakukannya,” ungkapnya.
Itu juga kenapa bilang Rizkinta, APSU bersilaturahim dan berdiskusi untuk membangun komitmen kebersamaan yang akan terjalin bukan hanya di awal saja tapi akan selalu berjalan berbarengan.
“Untuk itu Prof harus di-endorse dari sisi pemuda agar Medan ini khususnya memiliki pemimpin yang peduli memcetak generasi berkualitas,” tuturnya.
Menyahuti hal itu, Prof Ridha menyambut baik kedatangan para pemuda yang tergabung dari berbagai elemen itu.
“Ini luar biasa. Adik-adik.bisa berkumpul dari berbagai elemen. Namun di sini saya mengajak adik-adik memahami mengenai fenomena yang dihadapi kaum muda saat ini dan bisa saya formulakan dengan N E E T, 9,9 Juta, 15-24 dan 2045,” ujarnya.
Maksudnya sebut Prof Rodha yakni Not Employ Not Education, Not Trainning.
“9,9 juta anak muda tidak bekerja, tidak mendapatkan pendidikan, tidak mendapatkan pelatihan. Dan dicap sebagai anak muda kaum rebahan. Yang terjadi narkoba, judi online, begal dan kegiatan kriminal lainnya,” sebut Prof Ridha.
Padahal lanjutnya, Indonesia merupakan negara di dunia selain India yang memiliki usia produktif cukup tinggi 15 sampai 24 tahun atau situasi bonus demografi.
“Tahun 2045 menuju Indonesia Emas harus tercipta atau kita kehhilangan kesempatan karena tahun 2023 jumlah kelahiran turun hanya 1,3 tentu ke depan kaum tua lebih tinggi dan tak ada bonus demografi,” katanya.
“Kita harus memanfaatkannya jika ingin menciptakan Indonesia Emas 2045. Yakni dengan meningkatkan pendidikan dan menurunkan biaya pendidikan selain itu juga menyadarkan kaum muda bahwa pendidikan bissa merubah hidup. Jangan ada praktik orang dalam mendapatkan peluang kerja. Sehingga kita tidak berebut recehan di negeri sendirii dan anak-anak muda kita harus jadi penentu,” ucapnya.
Sebelum mengakhiri, Prof Ridha turut mengajak kaum muda terkhusus APSU untuk mengenali potensi besar yang ada pada dirinya.
“Tentu ini akan memudahkan kita memenuhi target meningkatkan kualitas kaum muda. Adik-adik punya potensi besar yang hanya terbatas langit. Adik-adik harus mengambil bagian agar bisa menjadi generasi muda berkualitas dan mampu bersaing di dalam dan luar negeri,” tutup Prof Ridha. (wol/rls/ags)
Discussion about this post