PANGURURAN, Waspada.co.id – Sebagai tahapan akhir Program Intervensi Keamanan Pangan di Kabupaten Samosir Tahun 2024, melalui Pangan Jajanan Anak Sekolah Aman, Desa Pangan Aman dan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya, Balai Besar POM Medan melaksanakan pertemuan Lintas Sektor yang digelar di Ruang Lobby Kantor Bupati Samosir, Rabu (20/11).
Pertemuan ini dibuka oleh Asisten III Setdakab Samosir Arnod Sitorus S.Psi. Hadir dalam pertemuan ini, Kepala Balai Besar POM Medan diwakili oleh Ketua Tim Infokom BBPOM Medan Yanti Agustini Harahap SSi Apt M.Kes, bersama Kadis Ketapang dan Pertanian Dr. Tumiur Gultom SP MP.
Turut hadir Kadis Kesehatan dr. Dina Hutapea, Kepala Loka POM Kabupaten Toba Tumiur Gultom S.Farm Apt, perwakilan OPD, Camat Harian Hartopo Manik, Pj. Kades Hariara Pohan Sampe Sihotang, Kepala Pasar Pangururan, Kader Keamanan Pangan Desa, beserta Kepala Sekolah yang merupakan daerah intervensi yakni SMP Budi Mulia Pangururan, SD Sw. Santo Mikhael Pangururan, SMK Negeri 1 Simanindo, SD Negeri 1 Pardomuan I, SMAN 1 Pangururan, SMPN 1 Pangururan.
Dalam pertemuan ini tiga agenda yang dilaksanakan diantaranya, penyampaian hasil Monitoring dan Evaluasi Program Intervensi Keamanan Pangan di Kabupaten Samosir, Penyusunan Program Keamanan Pangan Desa bagi Desa Intervensi Tahun 2025 dan Penyerahan Sertifikat bagi Desa, Pasar dan Sekolah yang diintervensi pada Tahun 2025.
Asisten III Arnod Sitorus, dalam sambutannya menyampaikan, apresiasi dan terima kasih kepada Balai Besar POM Medan atas kegiatan intervensi keamanan pangan di Kabupaten Samosir.
Arnod berharap, BBPOM Medan dapat terus bersinergi dan berkoordinasi dengan perangkat daerah di Kabupaten Samosir untuk tetap melakukan monitoring, skrining terhadap keamanan pangan di Kabupaten Samosir dari kandungan zat-zat kimia yang berbahaya.
Termasuk tempat jajanan yang ada di sekolah-sekolah perlu dilakukan skrining yang terjadwal, agar para siswa generasi penerus dapat terhindar dari jajanan yang mengandung zat-zat kimia berbahaya.
“Harapan kami kegiatan ini dapat berkelanjutan, tidak hanya bentuk sosialisasi dan monitoring saja akan tetapi lebih kepada implementasi dilapangan tentunya,” kata Arnod Sitorus.
Ketua Tim Infokom BBPOM Medan, Yanti Agustini Harahap SSi Apt M.Kes, memaparkan bahwa Program Desa Pangan Aman bertujuan membentuk kemandirian dalam mewujudkan Keamanan Pangan hingga tingkat perseorangan, meningkatkan partisipasi aktif masyarakat untuk mewujudkan Pangan yang aman dan bermutu, meningkatkan daya saing produk Pangan lokal Desa yang aman dan bermutu.
“Pada tahun 2024, Penunjukan Desa Pangan Aman di Kabupaten Samosir yaitu Desa Hariara Pohan, Kecamatan Harian,” kata Yanti.
Sedangkan untuk Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas yang mendapat perlakuan intervensi keamanan pangan adalah Pasar Tradisional Pangururan, dan untuk sekolah yang diintervensi program Pangan Jajanan Anak Sekolah Aman (PJAS) adalah SMP Budi Mulia Pangururan, SD Swasta Santo Mikhael Pangururan, SMK Negeri 1 Simanindo, SD Negeri 1 Pardomuan I, SMAN 1 Pangururan, dan SMPN 1 Pangururan.
Yanti menjelaskan, selama melakukan kegiatan intervensi di Kabupaten Samosir, BBPOM Medan telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya, Bimbingan Teknis Kader Keamanan Pangan Desa, Petugas Pengelola Pasar untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam mengawasi keamanan pangan melalui pengambilan contoh (sampling) dan pengujian bahan berbahaya dalam pangan dengan menggunakan test kit/alat uji cepat kimia.
“Melalui kader-kader yang kita latih, juga kita lakukan penyuluhan kepada komunitas dan masyarakat tentang keamanan pangan dan bahaya penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan,” jelasnya.
Untuk intervensi Pangan Jajanan Anak Sekolah Aman, perlu dukungan dan tindakan dari banyak pihak meliputi kepala sekolah, guru, peserta didik, penjaja/penjual makanan, dan orang tua.
Seluruh pihak ini harus menjalankan perannya masing-masing dan saling mendukung satu dengan yang lain dalam menjamin keamanan pangan di sekolah.
“Pencemaran tertinggi yang terdapat pada PJAS berasal dari mikroba. Pencemaran ini terjadi karena kondisi bahan baku yang kurang baik dan proses pengolahan yang tidak higienis. Selain itu, adanya bahan tambah pangan, seperti pemanis buatan dan pengawet dengan dosis berlebih juga menjadi penyebab lain tidak amannya PJAS,” terangnya.
Masalah ini menjadi sangat penting karena konsumsi PJAS yang tidak aman secara terus menerus akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan konsumennya, dalam hal ini anak sekolah.
“Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak buruk PJAS tidak aman, yaitu dengan dibukanya kantin aman di sekolah. Dengan adanya kantin aman maka seluruh proses pengolahan, dari penyiapan bahan hingga pemasakannya dapat dikontrol oleh pihak sekolah,” kata Yanti. (wol/rel)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post