MEDAN, Waspada.co.id – Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp.BS (K) memapaparkan program konsultasi psikologi online gratis di hadapan para pelajar Kelas XII SMA Harapan 1 Medan.
Program konsultasi psikolog online ini diberikan untuk menghadirkan mental yang sehat bagi para genzie (Gen Z) yang menghadapi problematika mental, salah satunya disebabkan oleh pengaruh gadget.
“Salah satu program kita adalah konsultasi psikologi online gratis yang bisa diakses para kaum muda atau genzie, agar memiliki mental yang sehat sebagai generasi penerus,” ujarnya saat menyampaikan materi gadget sehat di SMA Harapan 1 Medan, Jalan Imam Bonjol, Senin (14/10) pagi.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Ridha yang juga alumni Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendhar), dirinya merasa wajib mengingatkan akan bahaya penggunaan gadget menghadapi situasi bonus demografi.
“Kenapa harus dilakukan? Yang kita lakukan adalah orisinalitasnya memulainya dari segi fisik. Sejauh ini, banyak yang bergerak tentang konten gak sehat seperti pornografi dan sejenisnya. Nah, Kita mengawali fisiknya,” ujar Prof Ridha.
Dia menambahkan, Indonesia mendapatkan bonus demografi dengan pertumbuhan penduduknya. Tapi dengan penggunaan gadget berlebih justru bonus demografi ini akan menjadi bencana demografi. Ditambah lagi persaingan yang semakin tinggi. Orang asing bisa masuk dan banyak hal mulai dikerjakan oleh mesin. Sehingga pekerjaan akan semakin sulit didapat.
Melihat kondisi ini, ada potensi berbahaya yang mengancam para generasi muda, yang menggunakan gadget dalam waktu yang cukup lama.
Adapun kendala Kesehatan fisik yang mengancam, papar Prof Ridha diantaranya, seperti saraf kejepit, leher sakit, pusing, tangan kesemutan, pegel, dan pundak berat. Sebenarnya, gejala awal biasanya dirasakan di usia 50-an ke atas. Tapi kini, kondisi tersebut sering dialami generasi muda akibat penggunaan gadget cukup lama.
“Ini akan menjadi sangat mengerikan, karena menjadi penyebab kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss, dan lainnya. Tidak ada obat yang menyelesaikan dan tidak ada operasi yang menyembuhkan, cenderung bisa berakhir cacat bahkan tak menutup kemungkinan berpotensi akan kematian. Secara pribadi, saya tak ingin melihat generasi muda lima hingga 10 tahun ke depan panen orang cacat di Indonesia, inilah menjadi alasan saya mendirikan GGSI sebagai sebuah Gerakan guna mencegah ancaman bonus demografi menjadi bencana demografi,” ucapnya.
Di kesempatan yang sama, Perwakilan Yayasan Yaspendhar, Syabillah Lubis MPd menyatakan, terimakasih kepada Prof Ridha sebagai alumni menunjukkan rasa kkepedulian kepada para siswa di Yaspendhar.
“Kita harus bersyukur, salah seorang alumni kita memberikan pencerahan masalah pemanfaatan gadget yang benar. Kita harus berterimakasih kepada alumni yang sudah perhatian kepada kita, nanti kalau kalian sudah tamat jangan lupa juga dengan almamater kita,” ungkap Syabillah.
Sementara itu Tengku Haris Sinar mewakili Alumni Yaspendhar mengaku beruntung masih ada alumni yang begitu peduli dengan almamaternya.
“Apalagi yang kita bahas hal kekinian yakni gadget, perangkat elektronik yang kita kenal dengan gawai. Ini Bagian dari gaya hidup kita selama ini untuk itu perlu panduan dalam penggunaan agar tidak terdampak hal negatif,” sebutnya. (wol/ags/d2)
Discussion about this post