MEDAN, Waspada.co.id – Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan, Hasyim SE mengajak tokoh masyarakat, dan juga calon walikota Medan nomor urut 2, Prof Ridha Dharmajaya untuk mengenal lebih dekat akan nilai-nilai pluralisme dan keberagaman agama melalui salah satu vihara tertua di Kota Medan, Siu San Keng.
Bertepatan dengan Sembahyang hari kelahiran Dewi Guan Yin (Kwan Im) di mana puncaknya berlangsung Senin (21/10) kemarin, Prof Ridha diajak berkeliling Vihara yang berlokasi di kawasan Jalan Yos Sudarso, tepatnya di Medan Labuhan itu.
Hal yang menarik dan menambah nilai dari keberagaman adalah vihara ini letaknya berseberangan dengan Masjid Raya Al Osmani, peninggalan Kesultanan Deli yang merupakan masjid tertua di Kota Medan.
Dalam kesempatan itu, Hasyim mengajak Prof Ridha untuk memahami tradisi, budaya dan agama Buddha serta mengunjungi peribadatan di vihara tersebut.
“Sebenarnya kegiatan ini adalah kunjungan silaturahmi ke salah satu vihara tertua di kota Medan yang sudah berusia 134 tahun. Tentu kegiatan ini supaya warga terutama yang khusus Prof Ridha yang kita harapkan nanti bisa memimpin kota Medan yang beragam pluralismenya menjadi kota yang maju, kemudian lebih sejahtera dan makmur,” ujar anggota DPRD Sumut yang baru dilantik itu.
“Kita ingin Prof juga lebih mengenal pluralisme di kota Medan, keberadaan vihara dan keberagaman agama tentunya,” sambung Hasyim.
Hasyim dan sejumlah pengurus DPC PDI Perjuangan Kota Medan, di antaranya Bendahara Partai, Boydo HK Panjaitan dan juga Ustaz Fuad turut mendampingi Prof Ridha berkeleliling menyapa para pengunjung vihara dan juga para pedagang yang mengambil momen hari sembahyang Dewi Kwan Im tersebut.
Menyahuti hal itu Prof Ridha mengaku bersyukur bisa mengenal lebih dekat akan nilai pluralisme di Medan sekaligus membangun nilai toleransi beragama di kota yang terkenal dengan multi etnis dan multikulturnya itu.
“Ya kita senang hari ini bisa lebih dekat dan lebih mengenal teman-teman kita dari warga beragama Buddha. Ini juga sebagai bentuk toleransi dan sikap saling menghargai atas suatu perbedaan. Yang kita harapkan perbedaan ini menjadi kekuatan membangun Medan menjadi lebih baik lagi ke depannya,” harap Prof Ridha.
Apalagi sambungnya, sejak beberapa waktu belakangan dirinya juga kerap hadir di beberapa kegiatan ummat Kristiani.
“Saya tidak tertarik untuk membahas kebhinekaan hari ini karena kita tidak bisa memilih lahir sebagai suku apa dan agama apa tapi saya lebih tertarik membahas Tunggal Ikanya. Bahwa di tengah perbedaan yang indah itu kita bisa bersatu dalam bingkai kebersamaan dan merajut silaturahmi,” ujarnya. (wol/ags)
Discussion about this post