MEDAN, Waspada.co.id – Menyambut hari kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia, aktivis ’98, Richard Sidabutar SE, mengajak kaum muda terutama para mahasiswa gelorakan semangat Anti Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Ajakan itu disampaikannya saat menjadi pembicara bersama calon walikota Medan, Prof Dr dr. Ridha Dharmajaya Sp.BS (K) di acara Dialog Publik Menyambut Kemerdekaan Indonesia 79 Tahun dengan tema “Akselerasi Pembangunan Dengan Semangat Ke-Indonesiaan” yang berlangsung di Gerai Kobar Jalan Mataram Medan, Kamis (15/8).
“Menyambut hari kemerdekaan kawan-kawan mahasiswa mengajak kita berdiskusi bagaimana menggelorakan semangat ke Indonesiaan. Kedua, kita berharap dari kegiatan ini teman-teman mahasiswa bisa menularkan semangat ke Indonesiaan itu. Apa itu? karakter-karakter semangat gotong royong kemudian semangat pekerja keras, pantang menyerah dan anti KKN,” kata Richard.
Masih dalam acara dialog publik yang digagas Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) itu, Richard juga berharap kegiatan tersebut mampu memberikan kontribusi pemikiran dalam membangun kota Medan yang lebih baik.
“Sehingga terbangun tata kelola yang baik di pemerintahan ini ke depan,” sebutnya.
Menyahuti sosok Prof Ridha yang hadir sebagai pembicara, Richard menilai ada benang merah yang terjalin.
“Terkait soal pembangunan budaya, dan kedua bagaimana anak muda menitipkan pekerjaan. Orang-orang muda ini memiliki kekhawatiran akan ketersediaan lapangan pekerjaan itulah yang disampaikan mereka ke Prof Ridha,” ucapnya.
Sehingga Richard ingin kegiatan itu juga menjadi energi baru dan menjadi satu pemikiran baru serta satu rancangan keterlibatan bagaimana untuk menciptakan lapangan pekerjaan terkhusus bagi orang muda di Kota Medan.
“Beliau (Prof Ridha) adalah seorang dokter seorang spesialis saya kira apa yang dia sampaikan soal karakter harus menjadi kesepahaman buat teman-teman yang hadir hari ini,” ucapnya.
Sementara dalam kesempatan yang sama Prof Ridha mengungkapkan jika Medan sebagai kota tak bisa disamakan seperti kabupaten lain.
“Kita gak.punya lahan besar untuk pertanian, kita gak punya perkebunan luas, kita gak punya tambang untuk menjadikan pendapatan kita. Kota ini perlu pendapatan. Tapi sangat disayangkan untuk mendapatkan pendapatan, jalan pintas lewat retribusi dan pajak justru yang banyak dilakukan,” ungkapnya.
Prof Ridha meyakini menaikkan retribusi dan pajak bukanlah solusi yang bisa diandalkan dalam meningkatkan pendapatan.
“Yang terjadi rakyat akan menjerit. Untuk mendapatkan pajak besar pengusaha harus memiliki pendapatan yang besar. Supaya kelas bawah jangan ribut dikasih bansos,” katanya.
“Kelas menengah adalah orang terbaik yang tidak mau membenani negeri kita hari ini tapi kita bebani mereka dengan pajak,” ujarnya melanjutkan.
Orang muda hari ini menurutnya tidak bisa lagi berfikir maju dan lebih banyak bersifat survival.
“Medan kalau mau gerakan percepatan pembangunan dengan pengelolaan yang baik bukan dengan cara menaikkan pajak. Tapi merubah mindset menjadi player. Misal menjadi pemain industri,” tuturnya.
Jika berbicara kota Medan maka bisa berbicara industri pabrik, industri pariwisata dan juga industri Kesehatan.
“Sudah saatnya anak muda ikut turut berperan bersama mengelola dan menata kota Medan menjadi lebih baik ke depannya,” ujar Prof Ridha sekaligus menjawab kegelisahan kaum muda terhadap lapangan pekerjaan.
Dalam kesempatan yang sama Sekretaris Jenderal PMKRI, Yohannes Simanjuntak menyebutkan jika semua generasi dituntut agar tidak tertinggal di era globalisasi saat ini.
Apalagi, menurut data yang didapatkan dari Badan Perencanaan Pembangunan Indonesia, Kota Medan merupakan satu di antara tiga kota besar lainnya yang akan dijadikan sebagai pusat pembangunan Indonesua.
“Ini menjadi perhatian kita untuk sama-sama mengawal pembangunan Indonesia menuju Sustainable Development Goals (SDGs) yang selaras dengan Indonesia Emas 2045. Sehingga kita ikut sama-sama mengkaji bagaimana pembangunan Kota Medan ke depannya,” ucapnya. (wol/rls/ags)
Discussion about this post