MEDAN, Waspada.co.id – Badan Pusar Statistik (BPS) Sumut mencatat cabai merah, daging ayam ras, dan cabe rawit menjadi komoditas penyumbang terbesar untuk inflasi Sumatera Utara (Sumut) di bulan Desember 2024 (month-to-month atau mtm) yang tercatat sebesar 0,98 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Asim Saputra menuturkan komoditas cabai merah memberi andil 0,16%, daging ayam ras sebesar 0,15% dan cabai rawit sebesar 0,14%.
“Sementara 2 komoditas lainnya yang juga memberikan andil yang cukup besar terhadap inflasi adalah telur ayam ras dengan andil 0,06% dan minyak goreng sebesar 0,05%,” tuturnya, Jumat (3/1).
Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tertinggi di bulan Desember disebutkan Asim terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,18% dengan andil 0,76%.
Disusul kelompok pakaian dan alas kaki yang mengalami inflasi sebesar 0,75% dengan andil 0,04%. Sementara kelompok pendidikan tidak memberikan andil karena tidak mengalami perubahan,” sebutnya.
“Secara tahun ke tahun (year on year atau yoy) yakni Desember 2024 terhadap Desember 2023, lanjut Asim, Sumut mengalami inflasi sebesar 2,12%,” katanya.
Inflasi Sumut yang lebih tinggi dari nasional ini didorong inflasi yang terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,59% dengan andil sebesar 1,26%.
“Kemudian kelompok pakaian dan alas kaki yang membukukan inflasi sebesar 2,12% dengan andil sebesar 0,10%,” ungkapnya.
Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi di Desember 2024 jika dibandingkan Desember 2023 adalah kelompok transportasi sebesar 0,35%.
“Berbeda dari komoditas penyumbang inflasi di bulan Desember (mtm), BPS Sumut mencatat komoditas penyumbang inflasi yoy adalah digaret kretek mesin (SKM) yang memberi andil sebesar 0,28%,” jelasnya.
Kemudian emas perhiasan yang memberi andil sebesar 0,27%, daging ayam ras memberi andil 0,25%. Lalu komoditas minyak goreng dengan andil 0,24%, dan ikan dencis memberikan andil sebesar 0,12%.
“Sementara cabai merah yang selama ini menjadi komoditas yang paling sering menjadi komoditas penyumbang inflasi, justru menjadi komoditas penyumbang deflasi tertinggi dengan andil 0,41%,” tambahnya.
Secara keseluruhan kata Asim melanjutkan, rendahnya inflasi baik inflasi bulanan mau pun inflasi tahunan menunjukkan langkah Pemerintah Provinsi Sumut dan TPID dalam mengendalikan inflasi berjalan dengan baik.
“Terutama pengendalian harga volatile food seperti komoditas hortikultura yang terjaga dengan baik,” pungkasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post