*Oleh: Dr. Hasrat Effendi Samosir, MA
Waspada.co.id – Buku yang ditulis Dr. Sabaruddin Siahaan, S.PdI M.Sos ini adalah buku yang sangat baik untuk dibaca, dimiliki dan dijadikan sebagai rujukan. Agama harus menjadi pijakan dalam hidup, karena agama itu, kata Prof. Harun Nasution dalam bukunya Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, memiliki tiga hal yang harus dipahami. Pertama, agama sebagai doktrin. Kedua, agama sebagai norma dan ketiga, agama sebagai etika.
Orang yang beragama akan menjadi orang yang tercerahkan, spiritualnya akan hidup, kemudian kehidupannya akan terarah. Ada ungkapan yang mengatakan dengan seni hidup indah, dengan ilmu hidup mudah dengan iman hidup akan terarah.
Penting dipahami tasawuf atau jalan Sufi memiliki tiga aspek penting. Pertama taswuf akhlaki, kedua, tasawuf falsafi dan ketiga, tasawuf amali.
Pada prinsifnya tasawuf tidak hanya diartikan sebagai tarekat atau jalan yang sebagian orang melakukan kegiatan-kegiatan tawajjuh bersama mursyid dalam persulukan. Tapi sesungguhnya tasawuf juga adalah tidak hanya sebagai falsafi, filosofi atau hikmah, amal dalam bentuk tarekat, tapi juga akhlaki.
Perlu dipahami disini adalah tasawuf tidaklah menjauhkan seseorang dari dunia ini. Maka seorang muslim silahkan berkarir sebagai anggota DPR, menjadi bupati, derektur, menejer, advokad, guru, dosen, pengusaha atau apa saja. Tetapi bawalah nila-nilai tasawuf mendasari perilaku yang baik dalam aktivitas tersebut. Sehingga seorang hakim tidak ugak-ugalan dalam menjatuh hukum, pedagang jujur dalam perdagangannya, timbul semangat disiplin dan menjadi contoh pada hal-hal positif lainnya. Jadi sekali lagi, dunia ini tidak dibunuh, tidak memandangnya sebagai bangkai sehingga mengabaikannya. Dunia ini sesungguhnya sesuatu yang harus diwarnai dan menampilkan wajah-wajah Islam, wajah-wajah Sufi, wajah-wajah tasawuf itu dalam bentuk profesi masing-masing yang dilandasi nilai-nilai spriritual, akhlak dan ibadah.
Buku yang ada ditangan pembaca ini, menurut saya adalah buku yang menarik dan dapat dijadikan rujukan. Buku ini ditulis secara tematik, tema pertema, mengandung hal-hal yang prinsipil sekaligus juga hal-hal yang aktual dan berhubungan langsung dengan contoh-contoh kehidupan. Apalagi buku ini juga memiliki nilai yang dapat menjadi rujukan para ustadz, para da’i, penyuluh agama dan muballigh serta orang-orang yang ingin memahami aspek-aspek ajaran Islam, seperti tasawuf dalam bentuk akhlaki sehingga berimplikasi pada perbaikan akhlak di tengah-tengah masyarakat.
Pada akhir sambutan ini, saya menyampaikan bahwa belakangan ini dapat disaksikan kecenderungan dekadensi moral dan akhlak. Banyak orang berilmu tetapi kering akhlaknya. Padahal ada sebuah ungkapan bahwa adab itu berada di atas ilmu, yakni akhlak dan moral lebih tinggi daripada ilmu. Jadi buku ini sangat penting untuk dimiliki, karena buku ini dapat dikatakan sebagai cerminan buku Tasawuf Modern karangan Buya Hamka. Dapat juga dikatakan buku ini sebagai follow up atau melanjuti pemahaman buya Hamka terhadap taswuf.
Saya mengenal Sabaruddin Siahaan, ketika masih mahasiswa saya pada jenjang magister dan doktoral. Penulis merupakan mahasiwa pasca sarjana yang tercepat menyelesaikan S2 dan S3 dengan pradikat terpuji di prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam atau KPI UINSU Medan. Jadi wajar kalau penulis mempunyai etos menulis dan terus membaca serta memberikan pencerahan yang baik.
Buku ini akan hadir mengisi ruang-ruang kering dari nilai-nilai akhlak atau nilai-nilai spritual dan keteladanan di tengah dimana nilai-nilai simpang siurnya berita, saling mengejek di media sosial, menghina bahkan konflik dalam kehidupan masyarakat.
Sekali lagi saya mengatakan kehadiran buku ini berperan membrikan sumbangan dalam membangun peradapan akhlak dan nila-nilai agama sebagai ciri masyarakath islami.
*Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara & Wakil Dekan I FKM UINSU Medan
Discussion about this post