Waspada.co.id – Berbicara tentang penyakit, salah satu penyakit yang setiap tahunnya mengalami peningkatan adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis kronis di mana tekanan darah di arteri meningkat. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, Prevalensi penderita hipertensi pada tahun 2025, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia.
PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) dengan alamat website pafikabgunungkidul.org adalah salah satu organisasi kesehatan terkemuka dan peduli kesehatan masyarakat Indonesia. PAFI sebagai wadah untuk menghimpun tenaga teknis kefarmasian di Indonesia, termasuk apoteker dan tenaga farmasi lainnya.
Ketua umum organisasi PAFI, Budi Djanu Purwanto, SH, MH menyatakan bahwa PAFI berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme anggotanya. Tujuan PAFI adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, mengembangkan dan meningkatkan pembangunan farmasi Indonesia.
Organisasi PAFI juga aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyebab terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi, serta rekomendasi obat yang bisa dikonsumsi bagi penderitanya.
Apa saja faktor penyebab terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi?
PAFI menjelaskanhipertensi dikenal sebagai penyakit “pembunuh diam-diam”. Kondisi ini meningkatkan risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi memaksa jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah. Berikut adalah beberapa faktor penyebab tekanan darah atau hipertensi yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Pola makan yang tidak sehat
Makanan tinggi garam, termasuk makanan cepat saji dan olahan, dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, konsumsi makanan tinggi garam, lemak, dan rendah kalium meningkatkan risiko hipertensi. Organisasi kesehatan PAFI menganjurkan konsumsi garam tidak lebih dari 1 sendok teh per hari.
2. Obesitas atau kelebihan berat badan
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama hipertensi. Obesitas dapat memicu peningkatan kadar hormon leptin dalam tubuh, yang berperan dalam resistensi insulin dan meningkatkan kadar gula darah. Selain itu, obesitas juga memicu peningkatan aktivitas saraf simpatis, resistensi insulin, dan peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin di ginjal, yang berkontribusi terhadap hipertensi.
3. Kurangnya aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko signifikan untuk hipertensi. Orang yang kurang aktif secara fisik cenderung memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi, sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Akibatnya, tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri meningkat.
4. Stres secara berlebihan
Saat tubuh mengalami stres, sistem saraf simpatis teraktivasi, menyebabkan peningkatan hormon seperti adrenalin. Hormon-hormon ini memicu penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi) dan peningkatan denyut jantung, yang secara langsung meningkatkan tekanan darah.
5. Adanya kondisi medis lainnya
Faktor terakhir adalah adanya kondisi medis seperti riwayat penyakit ginjal. Penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme peningkatan resistensi peredaran darah ke ginjal dan penurunan fungsi kapiler glomerulus. Kondisi ini menyebabkan ginjal mengeluarkan substansi seperti renin yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
Apa saja obat yang tepat untuk mengobati tekanan darah tinggi atau hipertensi?
Berdasarkan penelitian PAFI mengenai penyakit hipertensi bagi remaja hingga orang dewasa, ada beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengurangi gejala penyakit hipertensi dan membantu mengelola kondisi tersebut meliputi:
1. Obat Diuretik
Diuretik adalah obat yang dirancang untuk mengurangi penumpukan cairan di dalam tubuh melalui urine. Obat ini sering diresepkan apoteker untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi. Diuretik bekerja dengan membantu ginjal melepaskan lebih banyak garam dan air dari pembuluh darah ke dalam urine. Dengan berkurangnya volume cairan yang mengalir di dalam pembuluh darah, tekanan darah pun akan menurun dan beban jantung dalam memompa darah juga menjadi lebih ringan.
2. Obat Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB), atau antagonis kalsium, adalah golongan obat yang digunakan untuk mengatasi masalah tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat ini bekerja dengan cara membatasi penggunaan kalsium oleh tubuh, terutama pada jantung dan pembuluh darah.
3. Obat ACE Inhibitor
ACE inhibitor (Angiotensin-Converting Enzyme inhibitor) adalah golongan obat yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, dan masalah ginjal. Penggunaan obat ini membutuhkan resep langsung dari apoteker.
4. Obat Beta-blocker
Obat terakhir yang mungkin akan diresepkan oleh apoteker adalah obat beta-blocker. Obat ini dapat menurunkan frekuensi detak jantung dan mencegah jantung bekerja terlalu keras, sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Contoh obat beta-blocker adalah Bisoprolol dan Propranolol.
Penting untuk berkonsultasi dengan apoteker untuk pemilihan obat dan dosis harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu. Selain itu, perubahan gaya hidup seperti diet sehat, olahraga teratur, dan pengurangan stres juga penting dalam mengelola hipertensi. (*)
Discussion about this post