JAKARTA, Waspada.co.id – Pernyataan resmi emiten cucu usaha PT Pertamina (Persero) atau anak usaha Subholding PT Pertamina Power Indonesia, bahwa PGE berkomitmen untuk memastikan pengembangan Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) Seulawah Agam menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) haruslah dibuktikan.
Pasalnya, sejak tender WKP Seulawah Agam dimulai pada tahun 2011 dan telah ditetapkannya perusahaan patungan PT Pertamina Geothermal Energi (memiliki 75 % saham) dengan PT Pembangunan Aceh (25 % saham) yaitu PT Geothermal Energi Seulawah (GES) sebagai operator WKP Seulawah Agam pada 1 November 2013 oleh Gubernur Aceh, terbukti hingga saat ini belum melakukan kegiatan pemboran eksplorasi. Terlebih, membebaskan dan menyiapkan lokasi tapak bor pun belum dilakukan.
“Hal tersebut terbukti sesuai pernyataan Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Edwil Suzandi, Jumat (21/3) masih akan membebaskan lahan dan melakukan sosialisasi, akan terus tanpa ada kepastian” kata Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, dalam rilis yang diterima wartawan Minggu (23/3).
Apalagi, kata Yusri, mengingat sejak tahun 1989 hingga 1995, pihaknya sebagai pengelola PT Tenaga Nusantara group telah dipercaya oleh Pertamina Dinas Geothermal Pusat untuk melakukan survei geologi, geokimia dan geofisika di hampir 75 % lapangan panas bumi di seluruh Indonesia, semua hasil laporannya pasti ada tersimpan di kantor Pertamina Geothermal Energi.
Khusus di Sumatera sudah ada hasilnya berupa PLTP Sibayak, PLTP Sipirok dan PLTP Sorik Merapi (Sumut), PLTP Gunung Talang dan PLTP Muara Laboh (Sumbar), PLTP Lumut Balai (Sumsel) , PLTP Hululais (Bengkulu), PLTP Sungai Penuh ( Jambi), PLTP Rajabasa dan PLTP Soch Sekincau serta PLTP Ulu Belu di Lampung.
“Tercatat, dari survei yang pernah kami lakukan di Pulau Weh Sabang, Gunung Seulawah Aceh Besar kala itu waktunya hampir bersamaan dengan daerah lainnya, tetapi anehnya mengapa ada kesan upaya pemanfaatan potensi panas bumi untuk PLTP di anak tirikan, itulah pertanyaan yang belum terjawab kami hingga saat ini,” terangnya.
“Sehingga kami pada September 2024 sempat menpertanyakan arah kebijakan Pertamina Geothermal akan berinvestasi di luar negeri setelah berhasil meraup dana segar sekitar Rp 9 triliun di pasar modal Bursa Efek Indonesia pada 24 Febuari 2023, mengingat kebijakan Pemerintah mendirikan Dinas Geotermal untuk mengoptimalkan potensi panas bumi untuk kemajuan negeri ini bukan kepentingan asing,” tambahnya.
Untuk itu, tambah Yusri, Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem diharapkan tidak mudah percaya janji manis Direktur Pertamina Geothermal.
“Mualem jadi pemimpin politik di Aceh berasal dari proses memimpin pasukan atau kombatan dilapangan dalam bertempur, lazimnya tipe pemimpin seperti ini sangat peka akan kesulitan dan kesusahan anggotanya dan rakyat di pedesaan selama dia bergerilya,” jelasnya.
“Analisa kami, ke depan Mualem akan memberikan rekomendasi ke Menteri ESDM untuk perpanjangan hak pengelolaan WKP Seulawah Agam dengan komposisi saham mayoritas kepada PT Pembangunan Aceh didalam PT Geotermal Energi Seulawah, akan tetapi Mualem harus berani memilih profesional di PT Pema yang bebas dari pengaruh KKN, semoga,” tutupnya. (wol/rls/red/d2)
Discussion about this post