JAKARTA, Waspada.co.id – Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif timbal balik parsial terhadap semua mitra dagang AS, Rabu waktu setempat. Produk-produk dari Indonesia yang diimpor AS bakal terkena tarif sebesar 32 persen melalui beleid yang mengguncang perekonomian dunia tersebut.
Dalam pernyataannya pada Rabu waktu AS, Trump mengatakan tarif dasar sebesar 10 persen akan dikenakan pada semua impor AS. Setidaknya 60 negara akan menghadapi tarif individual, yang dihitung sebesar setengah dari tarif dan hambatan lain yang “dibebankan kepada AS” oleh negara-negara tersebut.
Di Asia Tenggara, persentase tarif atas produk Indonesia adalah salah satu yang paling tinggi meski masih di bawah Kamboja (49 persen), Vietnam (46 persen), dan Thailand (36 persen).
Dengan skema itu dalam daftar yang ditunjukkan Trump, produk Indonesia yang diimpor AS akan dikenai tarif 32 persen. Itu artinya, harga produk RI ke AS akan terkena tambahan 32 persen. Misal: Bila RI mengekspor mainan seharga 100 dolar AS sebelum beleid ini, maka setelahnya harga itu akan menjadi lebih mahal, 130 dolar AS!
Hal ini akan berimbas ke produsen dalam negeri. Karena pengusaha tentu perlu merevisi nilai penjualannya. Belum lagi akan berimbas pada permintaan dari konsumen di AS. Apakah permintaan produk/komoditas itu akan tetap seperti biasa, atau justru malah turun, akibat lebih mahal.
Yang dikhawatirkan pengusaha tentu bila permintaan impor dari AS itu turun. Ini akan mempengaruhi skala produksi perusahaan tersebut, dan langsung berpengaruh pada operasional dan buruh di sektor tersebut.
Sampai hari ini, Kamis (3/4) pukul 16.00 WIB, pemerintah belum merilis komentar terkait situasi perdagangan internasional ini. Sedianya Menko Perekonomian Airlangga Hartarto akan jumpa pers pada Kamis siang, namun ditunda dengan alasan yang tidak jelas.
Apa saja komoditas ekspor Indonesia ke AS yang bakal terkena tambahan tarif 32 persen, berikut penelusuran Republika dari data Badan Pusat Statistik periode Januari-November 2024:
Sejumlah Komoditas Ekspor Terbesar RI ke AS
- Pakaian jadi, konveksi dan tekstil 3,4 miliar dolar AS
- Minyak Kelapa Sawit 1,3 miliar dolar AS
- Peralatan listrik lainnya 1,2 miliar dolar AS
- Peralatan komunikasi 858,7 juta dolar AS
- Ban luar dan ban dalam 746,9 juta dolar AS
- Furniture dari kayu 766 juta dolar AS
- Kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian 634,4 juta dolar AS
- Pakaian rajutan 617 juta dolar AS
- Alas kaki sehari-hari 611,7 juta dolar AS
- Udang dibekukan 608 juta dolar AS
- Semikonduktor 597,9 juta dolar AS
- Karet remah (crumb rubber) 584 juta dolar AS
- Peralatan rumah tangga 479,9 juta dolar AS
- Barang dari kulit dan komposisi 606,8 juta dolar AS
- Mesin untuk keperluan umum 380,7 juta dolar AS
- Motor listrik, generator, dan transformator 370,8 juta dolar AS
- Biota air lainnya, diolah dan diawetkan 368 juta dolar AS
- Mentega, lemak, minyak kakao 356 juta dolar AS
- Komputer dan perlengkapan komputer 334,3 juta dolar AS
- Kayu lapis 332,7 juta dolar AS
- Barang kimia lainnya 326 juta dolar AS
- Furniture lainnya 321,8 juta dolar AS
- Fillet ikan dibekukan 312,3 juta dolar AS
- Kepiting diolah atau diawetkan 303,6 juta dolar AS
- Besi dan baja 291 juta dolar AS
- Kopi 264 juta dolar AS
- Barang perhiasan dan berharga 234,9 juta dolar AS
- Mainan anak 231,3 juta dolar AS
- Barang industri kerajinan 192,5 juta dolar AS
- Kertas tisu 188,6 juta dolar AS
- Mesin untuk keperluan khusus 181,2 juta dolar AS
- Instrumen alat musik 165,1 juta dolar AS
- Suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih 148 juta dolar AS
- Batu baterai dan akumulator listrik 135,1 juta dolar AS
- Barang bangunan dari kayu 119,1 juta dolar AS
- Alat olahraga 113,8 juta dolar AS
- Kayu laminasi 101,2 juta dolar AS
(wol/republika/mrz/d2)
Discussion about this post