MEDAN, Waspada.co.id – Volume ekspor karet alam asal Sumatera Utara pada Maret 2024 sebesar 17.517 ton atau turun 13,65 persen Moon of Moon (MoM) dibanding bulan sebelumnya.
Penurunan lebih parah lagi kalau dibandingkan tahun lalu, secara Years on Years (YoY) bila dibanding Maret 2023, terjadi penurunan sebesar 46.32 persen.
Bila melihat rata-rata normal volume ekspor bulanan sekitar 42 ribu ton, maka terlihat kinerja ekspor karet Sumatera Utara terus mengalami pelemahan. Pelemahan itu terus berlanjut akibat tekanan beberapa faktor.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menuturkan faktor permintaan dari pabrik ban yang sedang sepi karena stoknya masih banyak. Banyaknya stok di pabrik ban merupakan antisipasi sebelum negara sentra produksi karet mengalami penurunan produksi akibat gugur daun yang terjadi setiap tahun.
“Faktor lain adalah komitmen pabrik pengolahan karet untuk memenuhi regulasi Eropa anti deforestasi (EUDR). Salah satu pengusaha telah mandapatkan informasi dari beberapa industri ban besar bahwa mereka tidak akan membeli karet dari pabriknya kalau tidak ada komitmen mengikuti ketentuan EUDR,” tuturnya, Rabu (17/4).
Sejalan dengan hal tersebut, lanjut Edy, volume ekspor ke Eropa sudah berkurang. Dari data ekspor untuk lima negara tujuan utama, biasanya Turki sebagai salah satu negara Eropa yang berada di lima besar, tapi kali ini Turki turun ke posisi delapan.
“Ekspor pada pengapalan Maret 2024, ada 25 negara tujuan ekspor, adapun lima posisi teratas adalah Jepang 31,05 persen, Amerika Serikat 18,93 persen, Canada 8,20 persen, Brazil 6,10 persen dan China 6,00 persen,” ungkapnya.
Terjadinya penurunan produksi yang diakibatkan pasokan BOKAR semakin terbatas masih terus berlanjut, juga dipengaruhi musim kemarau dimana secara umum saat ini produksi karet di area Sumatera Utara sedang berada pada puncak penurunan produksi akibat musim gugur daun.
“Keadaan ini diperberat akibat sumber BOKAR impor dari Afrika saat ini sudah dilarang ekspor, kalaupun masih ada untuk meneyelesaikan kontrak lama,” ujarnya.
Harga karet SIOCM-TSR20 rata-rata bulanan Februari ke Maret terjadi peningkatan 8,54 sen AS per kg menjadi 164,04 sen. Dari rataan bulanan Maret sedikit menurun dibandingkan harga penutupan pada 5 April sebesar 162,6. Sepinya permintaan turut memicu pergerakan harga yang lambat.
“Produksi bahan baku karet pada April ini diperkirakan masih terganggu di mana sedang memasuki puncak penurunan produksi,” pungkasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Rizki Palepi
Discussion about this post