MEDAN, Waspada.co.id – Dunia perbankan mengalami transformasi besar dalam dua dekade terakhir. Dari antrean panjang di teller hingga layanan serba digital hanya dalam genggaman, gaya hidup finansial masyarakat Indonesia telah berubah drastis.
Salah satu pelaku utama dalam revolusi ini adalah PT Krom Bank Indonesia Tbk, sebuah bank digital yang mendorong nasabah untuk beradaptasi dengan teknologi digital demi kenyamanan dan efisiensi.
Bagi generasi yang tumbuh di awal 2000-an, buku tabungan adalah simbol nyata kepemilikan rekening. Namun kini, akses terhadap saldo, mutasi rekening, hingga pembukaan tabungan baru bisa dilakukan hanya melalui aplikasi di ponsel pintar. Menurut survei Jakpat, 49% penduduk Indonesia telah menggunakan layanan perbankan digital.
Sebagai catatan, prospek perbankan digital di Indonesia pada 2025 diperkirakan tetap cerah, seiring kinerja industri 2024 yang positif. Transaksi perbankan digital nasional tercatat tumbuh 37,1% (yoy) pada Oktober 20241. Selain itu, net interest margin (NIM) bank digital nasional diproyeksikan naik 8% pada 2024 (yoy) atau mencapai USD 3,60 miliar. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap layanan perbankan digital.
Presiden Direktur PT Krom Bank Indonesia Tbk, Anton Hermawan, mengungkapkan bahwa industri perbankan digital menunjukkan prospek yang menjanjikan seiring dengan populasi underbanked di Indonesia yang masih mencapai 48% dari total populasi.
“Selain itu, total simpanan bank digital hanya menyumbang kurang dari 1% dari total simpanan perbankan di Indonesia. Kami melihat industri perbankan digital masih memiliki ruang tumbuh yang cukup besar di tahun depan,” kata Anton, beberapa waktu lalu.
Di tengah prospek yang menjanjikan ini, PT. Krom Bank Indonesia Tbk., juga menunjukkan performa yang solid. Dalam waktu kurang dari setahun sejak peluncuran aplikasi perbankan digital Krom, Krom Bank berhasil mencatat peningkatan DPK lebih dari 15 kali lipat pada Oktober 2024 (yoy). Laba bersih juga tumbuh 4,18% pada Oktober 2024 (yoy) atau sebesar Rp 120,215 miliar.
Selain itu, tabungan dan deposito masih jadi kontributor utama bagi pertumbuhan DPK Krom Bank. Tercatat pada Oktober 2024, tabungan tumbuh lebih dari 20 kali lipat (yoy), menjadi Rp 350,6 miliar dan deposito naik lebih dari 15 kali lipat (yoy), menjadi Rp 2,2 triliun.
Dihimpun dari PerbanasNews, dari sisi regulasi, bank digital sebagai entitas perbankan juga tetap dihadapkan pada tantangan regulasi yang semakin kompleks. Dalam hal ini, OJK maupun BI terus memperbarui regulasi seiring dengan dinamika industri yang begitu cepat.
Regulasi terkait keamanan data, perlindungan konsumen, dan anti pencucian uang menjadi perhatian utama, ditambah ketidakpastian terkait teknologi baru seperti ke- cerdasan buatan (artifi- cal intelligence). Bank digital dituntut untuk mampu beradap tasi cepat dengan perubahan ini untuk menjaga operasi mereka tetap sesuai aturan. Sejauh ini, bank digital memiliki kemitraan strategi dengan sejumlah perusahaan pembiayaan, perusahaan e-commerce, perusahaan teknologi, maupun platform P2P Lending.
Di tahun 2025, seiring dengan kehadiran pemain-pemain baru, bank digital akan bersaing dalam menjalin kemitraan dengan sejum- lah partner untuk menggenjot penyaluran pinjaman. Di samping itu, perubahan lansekap di industri di mana beberapa perusahaan pembiayaan diakuisisi oleh sejumlah bank besar juga membuat bank digital harus mencari partner baru.
Dengan demikian, bank digital ditantang untuk mampu melakukan diversifikasi dalam penyaluran kredit dengan tidak mengandalkan beberapa partner atau beberapa sektor tertentu. Tentu perbankan juga sadar bahwa konsentrasi portofolio yang terlalu tinggi pada sektor tertentu akan mengganggu kesehatan bank. Tantangan di tahun 2025 menuntut bank digital untuk lebih inovatif, adaptif, dan resilien dalam menghadapi dinamika pasar yang cepat berubah.
Krom Bank dan Strategi Digitalnya
Sejalan dengan raihan kinerja positif, Krom Bank telah meluncurkan beragam inovasi sepanjang 2024, termasuk fitur Money Journey untuk membantu nasabah mengatur dan memantau anggaran, layanan BI-Fast, serta layanan QRIS dan top-up kartu uang elektronik untuk mendukung transaksi cashless.
“Ragam inovasi tersebut mencerminkan komitmen Krom Bank dalam mengembangkan infrastruktur digital yang proaktif dan adaptif. Dukungan tim teknologi in-house juga memungkinkan kami menghadirkan solusi perbankan digital yang lebih proaktif, adaptif, dan inovatif,” terang Anton.
Selain itu, sebagai layanan keuangan yang sepenuhnya digital, perbankan digital erat kaitannya dengan generasi muda. Survei Populix mencatat bahwa 60% nasabah bank digital berasal dari generasi Z. Kondisi ini mendorong bank digital untuk terus menyediakan layanan yang praktis dan efisien. Survei Populix menunjukkan bahwa masyarakat memilih perbankan digital karena: transfer dana yang cepat (66%), integrasi dengan layanan pembayaran lain (64%), dan biaya administrasi yang terjangkau (64%).
Selain praktis dan efisien, generasi muda juga cenderung memilih layanan yang memberikan akses ke produk keuangan seperti tabungan atau investasi dengan imbal hasil kompetitif. Survei lain dari Populix juga mengungkapkan bahwa 23,4% generasi milenial dan 14,2% generasi Z menggunakan layanan keuangan digital untuk mendapatkan suku bunga tinggi dan hasil yang pasti.
Dengan preferensi nasabah yang semakin beragam dan kompleks, Krom Bank akan terus konsisten dalam melakukan pengembangan layanan pada aplikasi perbankan digital “Krom”.
“Kami juga akan melakukan integrasi dengan ekosistem mitra strategis kami, serta fokus untuk menghimpun dana pihak ketiga, demi memastikan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan,” tutup Anton.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa digitalisasi merupakan suatu keniscayaan bagi seluruh bank sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi dan pergeseran kebutuhan nasabah yang mengarah pada layanan digital.
“Oleh karena itu, persaingan di layanan digital perbankan merupakan bagian dari persaingan bisnis bank yang sudah umum terjadi. Untuk menghadapi persaingan di era digital, OJK memandang bahwa bank perlu meningkatkan resiliensi digitalnya,” katanya dalam jawaban tertulis kepada wartawan, dikutip beberapa waktu lalu.
Dian memaparkan, resiliensi digital terdiri atas 3 aspek, yaitu resiliensi terhadap dinamika bisnis, resiliensi terhadap disrupsi/gangguan, serta resiliensi nasabah.
Selain itu, dirinya juga menggarisbawahi bahwa bank digital yang saat ini turun gelanggang merupakan pemain lama yang melakukan konversi model bisnis dari bank konvensional.
“Bank digital baru tersebut memiliki induk usaha, baik berupa bank atau non bank yang dapat memberikan dukungan terhadap ketahanan bank dimaksud untuk menghadapi persaingan, baik dari sisi permodalan, bisnis, maupun infrastruktur teknologi informasi,” tandasnya.
Harus diakui bila evolusi dari buku tabungan ke aplikasi bukan sekadar perubahan bentuk, melainkan revolusi dalam pola pikir. Nasabah kini menuntut layanan yang cepat, fleksibel, dan personal. Krom Bank menjawab tantangan tersebut dengan inovasi yang berkelanjutan.
Dengan jumlah pengguna aktif yang terus meningkat dan fitur yang terus dikembangkan, Krom Bank menandai era baru perbankan digital di Indonesia. Dari buku tabungan yang dulu jadi simbol stabilitas, kini aplikasi di smartphone menjadi simbol efisiensi dan masa depan. (wol/ari/d2)
Discussion about this post