MEDAN, Waspada.co.id – Calon Wali Kota Medan nomor urut 2, Prof Ridha Dharmajaya paparkan empat fokus yang menjadi visi misinya dalam membangun Kota Medan menjadi lebih baik ke depannya.
Hal itu disampaikannya saat menghadiri dialog politik Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kota Medan, di acara bedah visi-misi Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan di Hotel Madani Medan, Sabtu (2/11).
Hadir dalam sesi kedua, paslon nomor 2, Prof Ridha mengungkapkan jika biang utama masalah Kota Medan adalah kemiskinan yang mengakibatkan kriminalitas dan penggunaan narkoba tinggi di kota Medan.
“Kemiskinan jika kita belah yang paling utama adalah masalah lapar. Sehingga kita pastikan harus ada nasi panas di setiap meja keluarga di kita Medan,” ungkapnya di acara dialog bertajuk ‘Menguji komitmen paslon walikota dan wakil walikota Medan dalam upaya memajukan kota Medan yang modern dan religius’ tersebut.
Kedua sambungnya yakni pendidikan. Dirinya ingin meningkatkan kualitas pendidikan dari empat aspek.
“Pertama meningkatkan pendidikan dengan fasilitas terbaik dan meningkatkan kesejahteraan guru agar menghasilkan tamatan yang terbaik tentunya,” sebut Prof Ridha.
Kedua sambungnya, pendidikan karakter dengan melibatkan tokoh agama dan juga kelompok agama seperti Muhammadiyah dan lainnya. Ketiga pendidikan kesehatan dengan mewajibkan olahraga renang.
“Pendidikan kesehatan yakni mewajibkan renang untuk SD dan SMP yang berada di bawah naungan kita. Ini tujuannya agar tumbuh kembang anak dan kesehatannya akan terjaga dengan baik,” ungkapnya.
Terakhir sebut Prof Ridha adalah pendidikan berwawasan global.
“Anak-anak kita harus mampu berbahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris sejak kelas 3 SD agar bisa bersaing secara global. Jadi output pendidikan, pintar, sehat dan kuat serta berwawasan internasional harus kita wujudkan,” kata Prof Ridha.
Fokus ketiga yang menjadi perhatian adalah kesehatan dengan memperkuat Puskesmas dan Posyandu.
“Mereka bisa menjadi kontrol dalam temuan riwayat penyakit yang biasanya ditularkan orang tua ke anak. Seperti diabetes bisa diidentifikasi sejak awal sehingga bisa mencegah anak terkena diabetes,” katanya.
Dirinya juga mencontohkan angka tertinggi kanker di dunia yakni kanker payudara. Di luar negeri angka kematian di bawah 25 persen tapi Indoensia angka kehidupan justru di bawah 25 persen.
“Kedua kanker servik atau rahim. Di negara luar sulit ditemukan kasusnya tapi di Indonesia justru kasusnya tertinggi kedua. Padahal ini sudah ada vaksinnya. Inilah fungsi penguatan Puskesmas dan Posyandu dalam pencegahan sejak awal,” terangnya.
Tentang kesehatan juga bilang Prof Ridha, Medan harus punya wadah rumah sakit internasional.
“Agar masyarakat kita yang berobat ke luar negeri bisa berobat di negeri kita dengan pelayanan skala internasional,” ucapnya.
Keempat tentang pemberdayaan. Prof Ridha mengaku akan membuat pemberdayaan terhadap ibu-ibu seperti membuat industri produk terbaik.
“Misal sabun cuci piring sampai layak pakai lalu pemerintah yang beli dan memasarkannya. Bahkan kita siapkan bahannya setelah selesai produknya kita jual dan setelah mereka mampu membuat merek sendiri mereka akan jual sendiri dengan untung yang lebih besar lagi tentunya,” sebutnya.
“Terakhir kata berharap Medan punya industri yang menghasilkan. Sehingga kita tidak berharap dari pajak dan retribusi,” ujarnya melanjutkan.
Sementara itu, dr. Delyuzar, M.Ked(PA), Sp.PA(K) selaku panelis mempertanyakan nasib RS Pirngadi Medan sebagai salah satu rumah sakit tertua di Medan serta penanganan stunting atau gizi buruk.
“Mengenai RS Pirngadi kita tau bahwa memperbaiki itu jauh lebih sulit daripada membangun yang baru. Kita tetap pertahankan dan sesuai dengan segmen pasarnya. Tapi tetap kita benahi agar bisa mendekati seperti RS Adam Malik. Kita juga berencana membangun rumah sakit yang baru, iklim kerja baru, budaya baru sehingga lebih baik lagi,” sebutnya.
Menjawab stunting dan gizi buruk Prof Ridha sedikit heran dengan data stanting yang ada di kota Medan.
“Stunting data di Medan rendah cuma 5 sampai 6 persen jauh di bawah angka nasional. Fakta di lapangan saya melihat banyak anak-anak berambut pirang bukan di cat tapi kurang gizi. Posyandu gak ada di lingkungan karena biayanya ditambahkan ke kepling. Itu kan menjadi kendala. Itulah alasan kenapa harus perkuat Puskesmas dan Posyandu sehingga kita bisa dapatkan angka stunting yang nyata,” ujarnya.
Tak sampai di situ Prof Ridha juga ditanya perihal program pemberdayaan dengan potensi lokal oleh Irman selaku panelis kedua.
“Kita Medan tak punya wikayah luas. Apa industri yang bisa kita lakukan. Bukan pabrik karena akan butuh wilayah luas dan fasilitas pendukung serta modal besar. Yang paling mungkin kita lakukan industri kesehatan dan pendidikan jika dibolehkan Undang-undnag dan juga membangun industri pariwisata,” jawab Prof mengakhiri.
Dialog yang dipandu oleh Buya Rafdinal itu juga menghadirkan kedua calon lainnya yang terbagi dalam tiga sesi sesuai nomor urut yang dimulai sejak pagi hingga sore hari. Kegiatan dialog ini juga ditandai dengan. penandatanganan fakta integritas. (wol/ags)
Discussion about this post