MEDAN, Waspada.co.id – Para legenda sepakbola PSMS Medan yang pernah membawa nama harum Sumatera Utara khususnya kota Medan mendatangi calon walikota Medan nomor urut 2, Prof Ridha Dharmajaya di posko pemenangan jalan Pemuda Medan, Selasa (15/10).
Kedatangan para legenda PSMS Medan yang pernah bersinar di era perserikatan itu mengadukan nasib mereka yang tak lagi diperhatikan.
Salah satunya tak ada lagi tempat mereka berkumpul setelah sekretariat mantan pemain PSMS yang berlokasi di Kebun Bunga Medan digusur.
Ironisnya, tak ada penghormatan khusus yang diberikan oleh PSMS Medan ketika salah satu mantan pemain PSMS Bangga Gultom meninggal dunia beberapa waktu lalu.
Mereka kini hanya menjadi kenangan dan mulai terlupakan.
Padahal begitu banyak prestasi yang diberikan para legenda PSMS Medan untuk kota dan provinsi tercinta.
Untuk itu, para mantan pemain PSMS Medan berharap Prof Ridha bisa memperhatikan mereka dan berjalan beriringan membangun sepakbola kota Medan.
“Semoga Prof Ridha menang dan bisa memperhatikan nasib para legenda PSMS. Mari sama-sama kita bangun dan kembangkan sepakbola di kota Medan ini khususnya,” ujar legenda PSMS Medan, Badia Raja Maurung.
Pemain PSMS Era 80 an itu juga mengapresiasi sosok Prof Ridha sebagai satu-satunya calon walikota yang mau dekat dan perhatian dengan para mantan pemain PSMS Medan.
“Bahwa prof lah yang mau mendekati para pemain bola. Ada ratusan SSB seperti Marelan, Marindal yang perlu digairahkan lagi. Mari kita hantarkan Prof menjadi walikota Medan sebagai sosok yang peduli dengan sepakbola,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama Witia Pusen, legenda PSMS Medan menyayangkan selama 15 tahun kepemimpinan kota Medan tak begitu peduli dengan sepakbola.
“Padahal Medan sangat dikenal dengan PSMS nya. Kita tahu sejak dulu sepakbola adalah olahraga murah yang bisa dinikmati semua kalangan. Tapi kepimpinan walikota sekarang stadion dibangun mewah dan untuk menggunakannya harus menguras kantong yang cukup dalam sehingga tidak berpihak kepada kalangan menengah ke bawah,” sebutnya.
“Kalau duduk nanti Prof, bukan hanya PSMS tapi perhatikan juga untuk mengangkat gairah sepakbola kita agar lahir Sunardi-Sunardi baru. Bagaimana ini nantinya bisa disuport,” sambungnya.
Menyahuti hal itu, Prof Ridha mengenang kembali bagaimana besar rasa cintanya terhadap PSMS Medan sebagai klub kebanggaan kota Medan.
“Saya ingat menonton pak Sunardi dulu bermain. Saya ingat juga pernah bersepeda ikut mengiringi PSMS diarak keliling kota Medan usai juara perserikatan. Hal-hal seperti ini harus ada pembuktian sehingga legenda ini bisa dihargai. Kalau di Manchester ada museum bolanya. Anak-anak tentu akan tau sejarah. Saat ini anak-anak taunya main hape dan ini menjadi PR kita bersama,” ujar Prof Ridha.
Apalagi sambungnya, banyak sekolah bola di kota Medan yang harus mendapatkan perhatian sehingga akan mudah menemukan bibit berkualitas.
“Insya Allah ini akan menjadi perhatian ke depan. Kita akan melahirkan bibit dari kota sendiri agar bisa mengharumkan kota Medan,” ungkapnya.
Untuk itu Prof Ridha mengajak semua elemen termasuk para mantan PSMS agar ikut memenangkan dirinya pada hari pencoblosan.
“Kita mau menang di 27 November maka kita harus kerja keras. Saya gak mau terhenti di 27 November saja, tapi kita harus terus bersama agar bisa sama-sama memperbaiki dan membangun kota ini menjadi lebih baik lagi ke depannya,” ungkapnya.
Turut hadir sejumlah legenda PSMS lainnya di antaranya Sunardi A, Abdul Rahman Gurning dan beberapa mantan pemain PSMS Medan lainnya. (wol/ags/d2)
Discussion about this post