MEDAN, Waspada.co.id – Beredar kabar sejumlah pimpinan (Ketua) organisasi mahasiswa Medan ditangkap oleh polisi. Mereka ditangkap dengan tuduhan melakukan pemerasan terhadap pejabat yang tidak disebutkan nama dan asal instansinya.
Merespon kabar ini, senior (alumni) aktivis mahasiswa yang pernah menjadi Ketua BPC GMKI Medan (2003- 2005), Sutrisno Pangaribuan menilai terlalu terburu-buru jika ada pernyataan dari pihak manapun yang menyebut kasus ini pemerasan.
“Kita justru menduga mahasiswa dijebak oleh pihak tertentu, untuk tujuan pembungkaman, dan pembunuhan karakter,” kata Sutrisno, di Medan, Rabu (7/8).
Polisiti PDIP ini mengaku percaya bahwa aktivis mahasiswa tidak memiliki kecakapan, keahlian, dan keberanian memeras pejabat.
Maka tuduhan pemerasan yang disampaikan oleh siapapun diduga sebagai upaya terstruktur, sistematis, dan massif (TSM) untuk membunuh karakter, menghancurkan kredibilitas, dan melemahkan gerakan (aktivis) mahasiswa.
“Kita patut menduga bahwa penangkapan pimpinan (ketua) organisasi mahasiswa tersebut berkaitan dengan aksi yang mereka gelar sebelumnya. Patut diduga sebagai reaksi dari pihak tertentu yang terganggu dengan kegiatan/ aksi organisasi mahasiswa tersebut baru- baru ini. OTT tersebut diduga bertujuan untuk membungkam, menertibkan organisasi mahasiswa di Medan,” sebutnya.
Karena itu, Sutrisno meminta seluruh aktivis mahasiswa di Medan dan Sumut agar jangan mau dipengaruhi tuduhan pemerasan yang sengaja dibangun. Semua narasi tentang pemerasan sengaja dibangun untuk memecah- belah aktivis mahasiswa di Medan.
“Maka seluruh aktivis, gerakan mahasiswa harus bersatu, bergerak untuk menggalang kekuatan menghadapi kekuasaan politik yang otoriter,” ungkapnya.
Anggota DPRD Sumut periode 2014-2019 ini menegaskan bahwa negara ini menjamin kebebasan berpikir secara kritis. Maka siapapun tidak boleh membungkam apalagi membunuh pikiran dan kesadaran kritis.
“Maka polisi diminta segera membebaskan keempat pimpinan (aktivis) mahasiswa tersebut. Mereka adalah calon-calon pemimpin bangsa yang sedang belajar, berjuang. Mereka menjadi aktivis mahasiswa karena tidak memiliki darah biru yang membuat mereka mudah mencapai sesuatu,” sebutnya.
“Mereka harus belajar, berjuang agar kelak bisa menjadi bupati, walikota, gubernur, hingga presiden. Sebab mereka bukan anak, menantu, cucu dari walikota, bupati, gubernur, atau presiden,” pungkasnya. (wol/man/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post