KARO, Waspada.co.id – Bakal calon (Bacalon) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi berbicara tentang potensi besar yang dimiliki Kabupaten Karo di bidang pertanian holtikultura dan sektor pariwisata.
Menurut Edy, 65 persen kebutuhan logistik di Sumut bersumber dari Kabupaten Karo. Edy menyampaikan itu saat menghadiri acara Kerja Tahun ‘Gendang Guro-guro Aron Nimpa-Nimpa HUT RI Ke-79’, di Desa Juhar Simbelang, Kecamatan Juhar, Sabtu (24/8) kemarin.
“Tanah Karo itu, tanah yang diberkati Tuhan. Kalau tanah karo ini ditutup, 65 persen tidak makan sayur, tak makan jeruk, tak makan wartel, dan banyak lagi datang dari Tanah Karo,” sebut Edy Rahmayadi.
Mantan Pangkostrad itu mengaku, selama jadi Gubernur Sumut, dirinya membangun jalan alternatif Medan-Berastagi sepanjang 55 kilometer. Pembangunan infrastruktur tersebut, untuk memberikan kemudahan dalam mengangkut logistik dari Karo ke Kota Medan dan sebaliknya.
“Saya sudah membuat jalan alternatif untuk sampai ke Tanah Karo dari Medan ini, lewat Tuntungan terus lewat belakang Sembahe, Sibolangit dan tembus ke Gundaling. Jadi, kita tidak perlu melalui jalan sebelumnya, karena sejak saya kecil sudah sempit,” kata Edy.
“Kenapa Tanah Karo diprioritaskan, sumber logistik sayur-sayuran rata-rata 65 persen dari Tanah Karo ini. Itu lah menjadi prioritas infrastruktur, itu jalan. Posisi jalan Karo posisinya sangat memprihatikan. Tadi siang saya lewat Batu Karang, sakit pinggang kita lihat jalannya. Menuju jalan sini, sebagian perlu menjadi perhatian,” sambungnya.
Edy mengatakan, kondisi jalan rusak di Kabupaten Karo, memberikan dampak dari biaya pengangkutan logistik yang akan mahal dan sehingga harga jual ikut naik serta dapat inflasi. Hal itu, kerap dilakukan Edy Rahmayadi dalam melakukan pencegahan dan penanganannya.
“Membawa logistik ini harus 80 persen (mulus), tapi di Tanah Karo ini, baru 55 persen. Siapa yang dirugikan, adalah petani. Petani menanam untuk dijual di Pasar Induk Medan, untuk mengantarnya cukup sulit. Saya tidak pandai janji, tapi saya lakukan,” ucapnya.
Selain itu, Edy juga merespon keluhan masyarakat tentang sulitnya mendapatkan air di wilayah itu. Sehingga perlu penanganan dari pemerintah daerah.
“Seperti disampaikan tokoh adat kita tadi, benar soal air itu. Tanah Karo ke depannya saya berharap seperti itu, pariwisata dan pertaniannya maju. Kedua, saya tahu Tanah Karo ini, dataran tinggi memang air berada di bawah sekali,” ucap Edy.
Edy menjelaskan Kabupaten Karo seharusnya memiliki bendungan air, yang berfungsi untuk perairan pertanian hingga memenuhi pasokan air bagi masyarakat dan wisatawan.
“Untuk itu, Tanah Karo harus ada bendungan, kalau air naik, tanah itu semakin subur, dan bisa mengairi tanaman secara sempurna kita harapkan. Pariwisata bisa menggunakan air-air,” sebutnya.
Sementara itu Tokoh Adat Desa Juhar Simbelang, Mambar Ginting, mengaku bangga dan terharu didatangi Edy Rahmayadi. Karena, di desa mereka tidak pernah didatangi oleh pejabat di Sumut ini.
“Dari 1945 kami, belum pernah didatangi oleh Gubernur Sumut ini, untuk kerja tahun ini. Jadi, saya bangga dan terharu. Kami meminta tolong perhatikan desa kami nanti bapak jadi Gubernur lagi. Terutama soal air di desa ya pak,” ucap Mambar disambut tepuk tangan ratusan warga yang hadir.
Mambar menjelaskan di Desa Juhar Simbelang Kecamatan Juhar Kabupaten Karo ini, ada sekitar 4.000 kepala keluarga. Sehingga sangat memerlukan stok air yang bersih dan banyak.
“Jadi, kami ada unek-unek ada 4 ribu kepala keluarga lebih kurang, air tidak ada masuk ke Juhar. Agar kami mendapatkan perhatian bapak Gubernur ini,” sebut Mambar. (wol/man/d2)
Editor: Rizki Palepi
Discussion about this post