MEDAN, Waspada.co.id – Data BPS menunjukan bahwa kinerja ekspor Sumut selama tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 19.15%. Dimana Jepang menjadi salah satu Negara penyumbang penurunan ekspor terbesar Sumut sebesar 25.96%, setelah Negara Rusia, Belanda, dan Malaysia.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan dan secara nominal, Jepang menduduki peringkat ketiga terbesar setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.
“Artinya apa? Sumut masih menggantungkan ekspornya ke Jepang. Dan resesi yang ada di Jepang akan menjadi pukulan berat bagi kinerja ekspor Sumut nantinya. Situasinya sedang tidak baik, dimana Sumut mencatatkan kinerja ekspor yang mengalami penurunan di mayoritas Negara yang jadi tujuan ekspor selama tahun 2023, dibandingkan dengan tahun 2022,” tuturnya, Kamis (22/2).
Di sisi lain, ekonomi Sumut masih mampu tumbuh sebesar 5,01% di tahun 2023. Dan diproyeksikan melambat 4,4% – 4,8% di tahun ini. Jadi pertumbuhan ekonomi Sumut ini sangat rapuh.
Motor penggeraknya masih mengandalkan belanja rumah tangga yang banyak ditopang oleh subsidi. Sementara ke depan, resesi yang sudah terjadi di Jepang dan Inggris, ini berpeluang untuk diikuti Amerika Serikat dan China.
“Ditambah lagi AS dan China tengah mengalami perlambatan pada laju pertumbuhan ekonominya. Sehingga situasinya akan menjadi kian rumit bagi ekonomi Sumut. Perlambatan atau bahkan resesi ekonomi di Negara tujuan ekspor justru akan berpeluang menciptakan perlambatan pada pertumbuhan kinerja sektor pertanian maupun industri pengolahan di Sumut, sebagai sektor usaha yang banyak menyerap lapangan kerja,” ungkapnya.
Kecuali kebijakan dalam mendorong demand atau permintaan domestik terus diupayakan. Meskipun Sumut tidak akan pernah bisa menghindari dari peotensi penurunan kinerja ekspornya.
“Dan jika terjadi dalam waktu yang panjang, dampak perlambatan ekonomi di luar akan sangat dirasakan pada perlambatan yang lebih besar bagi perekonomian di wilayah Sumut,” katanya.
Sumut berada di lingkungan ekonomi yang rapuh, yang sangat berpotensi memperburuk kinerja ekonomi Sumut sendiri. Sebagai tambahan, data BPS menunjukan bahwa Sumut mendapatkan keuntungan (surplus) dagang dengan Jepang.
“Jepang menduduki posisi keempat dalam perolehan keuntungan setelah Amerika Serikat, India, dan China. Kalau surplus itu mengecil, maka saya kuatir investasi di Sumut juga ikut anjlok. Jadi Sumut jangan anggap enteng resesi di Jepang,” tandasnya.(wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post