Oleh:
Aditya Putra
Waspada.co.id – Setiap organisasi besar maupun kecil, rentan terhadap risiko di berbagai aspek. Baik itu operasional, pemasaran, hukum, lingkungan, reputasi, nama baik, keuangan dan kerugian lainnya. Saat ini, isu mengenai risiko ini telah menjadi perhatian tidak hanya perusahaan saja, namun juga institusi Pemerintah khususnya terhadap risiko yang memberikan dampak buruk terhadap organisasinya.
Pemerintahan modern dihadapkan pada beragam kompleksitas dan ketidakpastian dalam menjalankan tugasnya yaitu memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Manajemen risiko dalam konteks pemerintahan bukanlah sekadar upaya untuk menghindari risiko, tetapi lebih pada pengelolaan yang cerdas untuk mencapai tujuan-tujuan strategis dengan sumber daya yang tersedia.
Apa itu manajemen risiko? Menurut ISO 31000:2018, manajemen risiko adalah proses sistematis, terstruktur, dan berkelanjutan untuk mengelola risiko yang dihadapi oleh organisasi. Standar ini menekankan pendekatan yang holistik terhadap manajemen risiko, dengan fokus pada identifikasi, penilaian, dan pengelolaan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
Sebagai pribadi, pada dasarnya kita telah melakukan manajemen risiko dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat kita ingin tidur, kita pasti ingin tidur dengan nyenyak, dan secara tidak sadar telah mengidentifikasi risiko yang yang akan mengganggu tujuan tidur itu sendiri, seperti banyaknya nyamuk yang berpotensi mengganggu tidur atau kondisi kamar yang tidak nyaman.
Dua kondisi tersebut tentu akan kita Analisa untuk mencari sebab dan solusi terhadap potensi risiko yang akan kita hadapi dalam pencapaian target dari tidur dengan nyenyak. Dalam suatu kondisi tertentu, risiko yang baik maupun buruk berpotensi muncul bersamaan dan memerlukan penanganan yang berbeda.
Contohnya pemerintah daerah ingin mengembangkan suatu komplek rumah susun pada suatu daerah. Jika dilihat dari sisi positif, kebijakan ini akan menghasilkan dampak positif berupa potensi peningkatan pajak dan peningkatan populasi yang akan berdampak positif pada ekonomi lokal. Namun pada sisi negatifnya, ada kemungkinan terjadinya pengingkatan kepadatan lalu lintas dan potensi kriminalitas yang meningkat yang akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Tiap permasalahan ini memerlukan manajemen resiko yang berbeda.
Manajemen risiko digunakan untuk mengenali, menilai, menganalisa, monitoring dan melakukan aksi untuk mengurangi dampak negatif dari potensi risiko yang berpengaruh tidak baik terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam perkembangannya, Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Menurut Neal, Roger (2018) terdapat 4 manfaat dari manajemen risiko, antara lain:
1. Mengingkatkan kualitas operasi organisasi, baik itu harian dan jangka Panjang. Memahami apa saja potensi kendala dan bagaimana cara menyelesaikannya membantu kita untuk mengingkatkan output organisasi.
2. Menyederhanakan kegiatan harian. Ketika anggota organisasi paham bagaimana proses dan kebijakan yang benar dalam suatu proses kegiatan, maka dipastikan pelaksanaan suatu kegiatan akan menjadi efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kualitas keuangan. Kerugian akibat kecelakaan kerja, masalah hukum dan inefektivitas dalam pengelolaan sumber daya organisasi adalah pemborosan, manajemen risiko membantu organisasi dalam mengurangi risiko pemborosan ini.
4. Membantu anggota organisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Manajemen risiko mengurangi tambahan pekerjaan yang menyita waktu anggota organisasi dalam pembuatan laporan dan keterangan sebagai akibat kejadian yang tidak diinginkan.
Selanjutnya bagaimana cara organisasi dalam mengelola risiko. Menurut GRC Indonesia terdapat lima langkah dasar dalam mengelola risiko. Langkah-langkah ini disebut sebagai proses manajemen risiko, antara lain:
1. Identifikasi Risiko, yaitu rekognisi semua potensi ancaman atau ketidakpastian yang dapat mempengaruhi tujuan atau kegiatan tertentu. Ini melibatkan pengenalan dan dokumentasi semua faktor yang dapat menyebabkan kerugian atau mengganggu kemajuan suatu usaha. Proses identifikasi risiko melibatkan analisis menyeluruh terhadap lingkungan internal dan eksternal suatu organisasi. Hal ini sering melibatkan kolaborasi antara berbagai bagian organisasi atau pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa semua kemungkinan risiko telah diidentifikasi dan dipahami.
2. Analisis Risiko, yaitu proses evaluasi mendalam terhadap potensi risiko yang telah diidentifikasi untuk memahami seberapa besar dampak potensi risiko terhadap tujuan atau suatu kegiatan. Dalam proses ini terdapat dua aspek utama yang akan dilakukan analisa, yaitu Probabilitas Risiko merupakan penilaian seberapa mungkin risiko akan terjadi yang akan dituangkan dalam bentuk persentase, peluang atau tingkat keparahan. Selanjutnya adalah dampak risiko merupakan penilaian akibat dari risiko itu sendiri apakah berdampak pada finansial, operasional, reputasi atau bahkan strategis organisasi.
Analisis risiko membantu organisasi untuk membuat keputusan yang lebih baik tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya untuk mengelola risiko yang ada. Hal ini juga membantu mereka memahami tingkat ketidakpastian yang terkait dengan tujuan atau proyek tertentu, sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai.
3. Penilaian Risiko, yaitu suatu kegiatan untuk mengetahui prioritas risiko yang telah diidentifikasi. Hal ini disebabkan tiap-tiap risiko memiliki kategori dan karakteristik yang berbeda, tergantung pada tingkat keparahan dan dampak dari risiko itu sendiri. Penting bagi organisasi untuk membuat peringkat dari risiko sehingga kita dapat memberikan skala prioritas dan intervensi secara dini terhadap risiko-risiko yang dianggap membahayakan organisasi.
4. Solusi Risiko, yaitu tindakan-tindakan atau strategi-strategi yang diimplementasikan untuk mengurangi atau mengelola dampak dari risiko yang diidentifikasi dalam suatu organisasi. Kegiatan ini adalah langkah-langkah konkret yang diambil setelah risiko diidentifikasi dan dianalisis untuk mengurangi kemungkinan atau dampak negatif yang mungkin terjadi. Adapun beberapa contoh dari solusi risiko yang umum diterapkan yaitu dengan pengendalian risiko dengan Tindakan pencegahan atau kontrol yang dirancang untuk mengurangi kemungkinan risiko. Yang kedua adalah transfer risiko, yaitu dengan cara memindahkan risiko tersebut kepada pihak lain.
Hal ini dapat dilakukan dengan polis asuransi ataupun kontrak yang memindahkan tanggung jawab untuk menangani risiko kepada pihak lain yang dianggap lebih mampu mengelolanya. Yang ketiga adalah penerimaan risiko yaitu suatu kondisi dimana biaya yang ditimbulkan dalam upaya mengurangi risiko lebih tinggi dari pada manfaat yang diperoleh.
5. Pemantauan Risiko, adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk penilaian terhadap alternatif solusi yang dipilih. Tidak semua risiko dapat dihilangkan, namun bisa dilakukan penilaian berkala terhadap langkah-langkah yang diambil untuk mengontrol risiko tersebut. Hal ini melibatkan pengamatan terhadap perkembangan kondisi internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi risiko yang telah diidentifikasi, serta penilaian terhadap efektivitas dari tindakan mitigasi yang telah diimplementasikan. Pemantauan risiko adalah bagian integral dari siklus manajemen risiko yang berkelanjutan.
Dengan melakukan pemantauan secara teratur dan proaktif, organisasi dapat memastikan bahwa mereka tetap responsif terhadap perubahan lingkungan dan dapat mengelola risiko secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Melalui pelaksanaan manajemen risiko secara efektif, organisasi pemerintah dapat meminimalkan potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidakpastian, disamping juga dapat memanfaatkan peluang yang muncul. Selain itu, manajemen risiko memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dengan menyediakan informasi yang relevan dan terperinci tentang potensi risiko yang dihadapi.
Implementasi manajemen risiko juga membantu dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih stabil, mengurangi kecemasan dan ketidakpastian di antara pegawai, dan meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan. Hal ini menciptakan pondasi yang kuat untuk pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang organisasi.
Pada tingkat lebih luas, manajemen risiko berkontribusi pada kestabilan ekonomi dan sosial, memperkuat sistem keuangan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan sebagai salah satu tujuan bernegara. Manajemen risiko bukanlah sekadar suatu proses, melainkan suatu filosofi yang merajut kehati-hatian, ketelitian, dan ketahanan dalam setiap langkah yang diambil.
Dengan manajemen risiko, kita dapat melangkah maju dengan keyakinan, menghadapi tantangan-tantangan dengan percaya diribahwa meraih kesuksesan yang berkelanjutan dalam fungsi pelayanan Pemerintah. Oleh karena itu, penting bagi pegawai dan organisasi untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip manajemen risiko dalam segala aspek aktivitas, menjadikannya landasan kuat untuk mencapai good governance dengan pendekatan prinsip kehati-hatian, akuntabilitas dan bertanggung jawab.
*Penulis adalah Kepala Seksi Verifikasi Akuntansi dan Kepatuhan Internal KPPN Sidikalang
Discussion about this post