MEDAN, Waspada.co.id – Komunitas masyarakat Aceh yang tergabung dalam relawan Geutanyoe Sajan BERANI (GSB) bertekad menangkan dan hantarkan pasangan calon walikota dan wakil walikota Medan nomor urut 2, Prof Ridha dan Abdul Rani menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan.
Hal itu ditegaskan Ketua GSB, Lukman Sulaiman dalam acara deklarasi sekaligus pembacaan tiga poin ikrar sebagai bentuk keseriusan dukungan GSB terhadap pasangan yang menggunakan Tagline BERANI (Bersama Prof Ridha dan Abdul Rani), Minggu (3/11).
“Kami berikrar, pertama dari hati yang tulus membantu dan memenangkan calon walikota Medan nomor urut dua Prof Ridha Darmajaya yang berpasangan dengan Abdul Rani,” ujar Lukman yang diikuti seluruh relawan.
“Dua, kami berjanji akan mengajak keluarga, rekan, sahabat karir untuk memilih pasangan calon walikota Medan dari nomor urut dua. Tiga, dan kami akan bekerja tanpa pamrih untuk mengangkat harkat dan martabat kepemimpinan kota Medan. Memilih pasangan nomor urut dua Medan BERANI,” sambungnya.
Lukman mengaku dari hati yang paling dalam GSB mendukung Prof Ridha dan istiqomah untk memilih pemimpin yang amanah.
“Kami sangat berbangga dengan sebutan nama yang kita angkat Relawan GSB suatu kebanggaan bagi kita untuk melibatkan diri mendukung dan partisipasi kita menyongsong Medan indah dan berani,” sebutnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Aceh, H.T Bustami Usman mengaku bangga Prof Ridha meneruskan orang Aceh menjadi pemimpin kota Medan.
“Tidak salah kita mendukung Prof Ridha. Deklarasi kita ini kita harus mengajak semua keluarga kita memenangkan Prof Ridha,” harapnya.
Sejauh ini sambung Bustami warga Aceh di Medan memiliki rumah sakit, lembaga pendidikan dan juga masjid.
“Dan semua ini bakti kita orang Aceh di Medan ini. Sudah saatnya kita semua suarakan kepada masyarakat untuk mendukung Prof Ridha. Kewajiban kita juga sebagai orang Aceh mempromosikan dan memilih Prof Ridha agar bisa memenangkan kontestasi Pilkada Medan 27 Nopember mendatang,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, calon walikota Medan, Prof Ridha Dharmajaya mengaku memiliki kedekatan dengan darah Aceh. “Saya cucu seorang kakek yang biasa dipanggil Nek Agam yang selalu menceritakan perjuangannya.
Nek Agam selalu cerita bagaimana menghempang Belanda di perbatasan Sumut-Aceh. Kakek cerita bagaimana sahabatnya ditembak Belanda di depan matanya. Setelah itu Nek Agam balik kampung ke Aceh dan bertemu dengan anak sahabatnya dan menjadikannya sebagai anak angkatnya,” sebutnya.
“Sekarang anak temannya itu menjadi uwak kami saat ini dan kami sudah merasa menjadi saudara kandung,” sambungnya.
Prof Ridha juga menganggap perjuangannya ini akan membuat Nek Agam bangga karena masyarakat Aceh ikut mendukung dirinya dengan sepenuh hati.
“Dari hati yang terdalam saya ucapkan terima kasih atas dukungan besar yang diberikan masyarakat Aceh khususnya GSB yang rela dengan sepenuh hati mendukung saya,” tuturnya mengakhiri.
Kegiatan deklarasi itu turut digelar upacara Peusijuek atau juga tepung tawar. Di mana pada masyarakat Aceh Peusjuek ini dianggap upacara tradisional simbolik dari permohonan keselamatan, ketentraman, kebahagiaan, perestuan dan simbol ikatan sosial.
Adapun Peusijuek atau setawar sedingin diawali oleh tokoh agama, Ustaz Muhammad Noor, tokoh masyarakat Aceh dan juga seluruh pengurus GSB yang hadir dalam deklarasi. (wol/ags)
Discussion about this post