Oleh:
Ahmad Cerem Meha ST
Waspada.co.id – Korupsi di Kota Padangsidimpuan bukan lagi sekadar isu, tetapi sudah menjadi penyakit kronis yang menghambat kemajuan daerah.
Dari waktu ke waktu, berbagai kasus korupsi terungkap, namun tampaknya tidak ada perubahan signifikan. Alih-alih berkurang, praktik korupsi justru semakin menggurita dan merugikan masyarakat.
Padangsidimpuan sebenarnya memiliki banyak potensi untuk berkembang. Sebagai kota perdagangan dan jasa di wilayah Tapanuli Bahagian Selatan (Tabagsel), Sidimpuan seharusnya bisa menjadi pusat ekonomi yang maju.
Sayangnya, alih-alih digunakan untuk kesejahteraan rakyat, anggaran yang seharusnya untuk pembangunan malah diselewengkan oleh oknum pejabat yang tidak bertanggung jawab.
Kasus-kasus korupsi yang mencuat di kota ini seolah hanya menjadi tontonan. Oknum pejabat yang terlibat jarang mendapatkan hukuman yang setimpal. Hal ini menunjukkan bahwa sistem hukum masih loyo dalam menindak para koruptor.
Dampak dari korupsi begitu nyata dirasakan oleh masyarakat. Infrastruktur yang seharusnya menjadi prioritas malah terbengkalai. Jalan-jalan rusak di berbagai sudut kota menjadi bukti nyata bahwa anggaran yang seharusnya untuk perbaikan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Masyarakat pun harus menerima kondisi ini dengan pasrah tapi tak rela.
Tak hanya infrastruktur, sektor pendidikan dan kesehatan pun ikut terdampak. Fasilitas sekolah yang kurang memadai, tenaga pendidik yang kurang diperhatikan, hingga pelayanan kesehatan yang buruk adalah konsekuensi dari pengelolaan anggaran yang tidak transparan.
Rakyat kecil yang seharusnya mendapatkan hak mereka malah menjadi korban ketidakadilan. Korupsi juga menciptakan budaya birokrasi yang buruk. Pelayanan publik di Sidimpuan sering kali lamban dan berbelit-belit.
Banyak masyarakat yang mengeluhkan sulitnya mengurus dokumen atau mendapatkan bantuan dari pemerintah karena adanya dugaan pungutan liar. Ini semakin memperparah penderitaan rakyat.
Selain itu, investasi di kota ini juga terhambat akibat maraknya praktik korupsi. Banyak investor enggan menanamkan modal karena harus menghadapi birokrasi yang sarat aroma pungli. Akibatnya, peluang kerja yang seharusnya terbuka luas menjadi semakin sempit, dan angka pengangguran pun tetap tinggi.
Ironisnya, di tengah kesengsaraan rakyat, masih ada pejabat yang hidup mewah. Mereka dengan mudah mendapatkan fasilitas mewah, bepergian ke luar negeri, bahkan membangun rumah megah, sementara rakyatnya hidup dalam keterbatasan.
Kontras ini menunjukkan betapa ketimpangan sosial semakin melebar akibat korupsi yang dibiarkan terus terjadi. Masyarakat sebenarnya sudah lelah dengan kondisi ini. Tetapi sayangnya, perubahan sulit terjadi jika aparat penegak hukum tidak tegas.
Hukuman bagi koruptor harus diperberat, bukan hanya sebatas hukuman ringan atau pengembalian dana yang dikorupsi. Tanpa efek jera yang kuat, korupsi akan terus merajalela.
Peran masyarakat juga sangat penting dalam melawan korupsi. Kita tidak boleh lagi diam dan menerima keadaan begitu saja. Mengawasi kebijakan pemerintah, mengkritisi anggaran, dan melaporkan dugaan korupsi adalah langkah yang bisa dilakukan agar praktik ini tidak semakin menggurita dan merajalela.
Perbaikan sistem pemerintahan juga mutlak diperlukan di tangan Wali Kota Padangsidimpuan terpilih 2024, LE-LE (Letnan-Levi). Transparansi dalam penggunaan anggaran harus ditingkatkan, dan sistem pengawasan harus lebih ketat agar tidak ada celah bagi para koruptor untuk menyalahgunakan dana publik.
Sidimpuan memiliki potensi besar untuk maju. Tetapi selama korupsi masih menjadi budaya, harapan itu hanya akan menjadi angan-angan. Tanpa tindakan nyata, kota ini akan terus tertinggal dibanding daerah lain yang lebih bersih dari korupsi.
Kini saatnya di awal tahun 2025 ini semua pihak, baik pemerintah, aparat hukum, maupun masyarakat, bersatu melawan korupsi. Jika kita terus membiarkan praktik ini terjadi, maka penderitaan rakyat akan terus berlanjut. Masa depan Kota Padangsidimpuan ada di tangan kita semua.
Korupsi bukan hanya merugikan negara, tetapi juga menghancurkan harapan rakyat untuk hidup lebih baik. Jika kita benar-benar peduli dengan kota ini, maka tidak ada pilihan lain selain memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya.
*Penulis adalah Wakil Ketua PWI Tabagsel
Discussion about this post