MEDAN, Waspada.co.id – Tokoh masyarakat, Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp.BS (K) hadir di tengah warga Amplas dalam agenda penyerahan hadiah bagi pemenang lomba foto khitan dan buka bersama di Harjosari 2 asrama Widuri Bajak 1, Medan Amplas, Senin (18/3) petang.
Kehadirannya yang didampingi Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) itu mendapat sambutan hangat dari warga.
Bahkan, Prof Ridha yang juga menjabat guru besar fakultas kedokteran USU itu sempat dikejutkan dengan curhatan seorang ibu yang harus menanggung kepedihan tingginya harga beras dan banjir yang kerap menghantui tempat tinggalnya.
Hal itu diungkapkan Rina seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Garu 1 kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas.
Dirinya tak kuasa menahan beban yang harus ditanggung. Sebagai warga dengan ekonomi yang pas-pasan namun harus dihadapkan dengan harga beras yang terus melonjak berharap hadirnya satu perubahan.
“Harga beras yang mahal sangat terasa buat kami para ibu rumah tangga apalagi di bulan puasa. Harusnya pemerintah bisa memberikan solusi agar di bulan suci ini kita bisa menjalankan ibadah dengan tenang,” harapnya.
Rina juga mengeluhkan kondisi banjir yang masih menghantui lingkungan tempat tinggalnya tanpa ada perhatian dari pemerintah kota.
“Banjir juga menjadi momok sejak setahun belakangan. Gak tahu apa penyebabnya tapi sejak setahun belakangan banjir terus terjadi dan pemerintah juga seakan tak peduli untuk menyelesaikan masalah ini. Harapannya ada sosok yang peduli dengan kondisi kami, dan kami berharap datangnya dari Prof Ridha,” ungkapnya.
Menyahuti curhatan ibu tiga anak itu Prof Ridha pun menyiapkan sebuah buku tebal untuk menampung langsung keluh kesah warga.
“Buku ini sudah saya siapkan untuk menampung semua keluhan ibu-ibu dan warga Medan khususnya. Ke depan ini akan menjadi perhatian dan jika ada kesempatan maka saya akan berusaha mencari solusi terbaiknya,” ujar guru besar Prof Ridha yang turut membagikan nomor kontaknya agar bisa menerima langsung keluhan warga.
Dalam kesempatan itu juga, dirinya turut menyinggung harga beras yang mahal. Dari amatannya ke sejumlah petani, tingginya harga beras tidak dinikmati oleh petani melainkan pihak ketiga yang tak bertanggung jawab.
“Beras sebenarnya sudah saya cek, saya dapat di petani gabah itu masih rendah. Kendati gabah rendah di petani harga di pasaran kok mahal bahkan selisih sampai 10 ribu per kilo. Walaupun masih gabah tapi seharusnya tidak selisih jauh setelah jadi beras,” ucapnya heran.
“Ini kan di tengah masalahnya. Ada pemain ketiga di tengahnya itu. Karena petani tidak menikmati tingginya harga beras tersebut,” ujarnya melanjutkan.
Perlu ketegasan dan peran pemerintah agar ini diungkap sehingga masyarakat khususnya menengah ke bawah tidak menjadi korban.
Sebelumnya, guru besar Prof Ridha mengaku perjalanan khitanan massal bersamaan dengan gadget sehat telah dilakukannya sejak Desember 2022 lalu.
Dirinya berkeliling di 21 kecamatan dan telah melakukan aksinya di 48 titik yang ada di Kota Medan.
Dalam perjalananya, Prof Ridha tak menampik menemukan sejumlah problematika yang dihadapi warga.
“Dan salah satunya adalah keluhan yang disampaikan ibu Rina. Kita berharap dengan menyapa langsung ke tengah masyarakat kita bisa menemukan secara langsung permasalahan yang dihadapi warga,” katanya.
Kegiatan di Medan Amplas ini turut dihadiri pengurus BKMT Medan Amplas, Nurhamidah Nasution yang bertindak sebagai tuan rumah kegiatan tetsebut.
Perjalanan Prof Ridha tak berakhir di Amplas. Ke depan dirinya bersama tim akan terus berkeliling ke sejumlah kecamatan untuk mendengarkan langsung keresahan masyarakat sembari membagikan hadiah pemenang lomba foto kepada peserta khitan yang akan dibarengi dengan agenda buka puasa bersama. (wol/rls/pel)
Discussion about this post