MEDAN, Waspada.co.id – Harga cabai merah di awal-awal Ramadhan menyentuh Rp100.000 per kg di sejumlah pasar di Kota Medan dan sekitarnya.
Awal pekan, harga cabai merah bergerak sangat volatile sejak, di mana sempat menyentuh Rp85.000 ribu per kg di hari senin, berbalik turun menjadi Rp75.000 di hari Selasa, dan kembali naik menjadi Rp90.000 per Kg saat ini. Jika menghitung rantai pasok selanjutnya (kedai sampah) maka harga cabai merah akan tembus Rp100.000 ribu per Kg nya.
Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menuturkan selain harga cabai merah, harga cabai rawit juga terpantau mengalami kenaikan hingga 100%.
“Cabai rawit yang sempat berada dikisaran Rp40.000 hingga Rp45.000 per Kg, saat ini juga ditransaksikan dikisaran harga Rp90.000 per Kg nya. Jika menelisik pemicu kenaikan harga cabai, pasokan dari wilayah produsen Takengon seperti Pakpak Barat, Karo dan sekitarnya serta batubara belum mampu mengimbangi demand atau permintaan yang cukup tinggi,” tuturnya, Kamis (14/3).
Namun masih optimis bahwa harga cabai masih berpeluang untuk turun dalam waktu dekat. Di sisi lainnya, harga telur ayam juga terpantau mengalami kenaikan di sejumlah pasar.
“Meskipun belum terjadi secara serentak, namun sejak akhir pekan kemarin sejumlah pedagang di wilayah deli serdang menaikkan harga jual 1 butir telur dalam rentang Rp150.000 hingga Rp200.000 per butirnya,” ungkapnya.
Harga bawang merah dan bawang putih juga terpantau mengalami kenaikan. Meskipun belum serentak, terjadi kenaikan di sejumlah pedagang sekitar Rp400 hingga Rp6000 per Kg nya. Harga bawang merah dan bawang putih untuk wilayah kota medan dan sekitarnya ditransaksikan dikisaran level Rp35.000 hingga Rp40.000 per Kg nya.
“Pemerintah perlu mewaspadai kenaikan dari satu komoditas, yang berpeluang memicu kenaikan harga komoditas pangan lainnya. Seperti kenaikan harga daging ayam yang berpotensi memicu kenaikan harga pangan subtitusi seperti telur ayam, tahu/tempe dan ikan segar. Harga telur ayam yang naik belakangan ini, saya menilai salah satu pemicunya adalah kenaikan harga daging ayam,” ucapnya.
Jadi di luar faktor penurunan produksi, kenaikan biaya agro input atau input produksi, kenaikan biaya distribusi, hingga tingginya permintaan atau demand. Maka ada kenaikan harga yang diakibatkan kenaikan harga komoditas subtitusinya.
“Muaranya adalah kenaikan demand atau permintaan komoditas itu sendiri seperti yang terjadi pada kenaikan harga telur, setelah harga daging ayam mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebelumnya,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post