MEDAN, Waspada.co.id – Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani berada dalam rentang Rp6.800 hingga Rp7.300 per Kg di wilayah Sumut.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan kebutuhan gabah di wilayah Sumut bahkan harus didatangkan dari wilayah lainnya seperti Aceh.
“Yang mengakibatkan harga GKP diatas 7.000 per Kg nya. Dengan realisasi harga GKP di level tersebut, maka harga GKG bisa menyentuh Rp7.500 hingga Rp8.000-an per Kg,” tuturnya, Kamis (18/7).
Dengan GKP sebesar itu, maka harga beras di level kilang berada dikisaran Rp13.749 ke atas. Atau bisa menyentuh Rp14.549 per Kg paling murah di level konsumen. Namun faktanya harga beras di level konsumen di kota medan ataupun Sumut pada umumnya berada dalam Rp14.000 hingga Rp15.000 per Kg mengacu kepada PIHPS.
“Harga tersebut berlaku untuk beras kualitas medium ke kualitas premium (super). Lantas mengapa bisa seperti itu?. Hal ini diakrenakan ada beras Bulog yang sekalipun HET nya baru-baru ini dinaikkan menjadi Rp13.100 per Kg. Nyatanya tidak membuat beras Bulog menjadi tidak diminati. Saya menduga bahwa distribusi beras yang masih berlanjut ke masyarakat menekan demand atau permintaan beras di pasar,” ungkapnya.
Selanjutnya, distribusi beras Bulog untuk keperluan pasar juga masih berlanjut. Hal ini mengakibatkan masyarakat memiliki pilihan untuk membeli beras Bulog dengan harga yang lebih miring.
“Sehingga disaat harga beras lokal mengalami kenaikan, ada peningkatan permintaan untuk beras Bulog. Jadi saya berkesimpulan bahwa beras Bulog yang menahan kenaikan harga beras saat ini,” katanya.
Lantas siapa yang dirugikan dengan harga beras tersebut? karena kilang padi dalam posisi sulit saat ini untuk menaikkan harga. Disatu sisi, demand untuk kebutuhan beras masyarakat saat ini bisa diimbangi dengan pasokan beras Bulog.
“Disisi lain, kilang padai bisa merugi jika menahan terlalu lama stok beras menjelang musim panen padi di bulan depan,” ungkapnya.
“Maka saat ini, kita berharap setidaknya kilang tidak mengalami kerugian. Karena kilang sangat berpeluang dirugikan dengan realisasi harga gabah dan beras saat ini,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post