MEDAN, Waspada.co.id – Kebijakan HPP (harga pembelian pemerintah) untuk gabah kering panen (GKP) petani dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per Kg, sudah pasti akan mendorong kenaikan harga pokok produksi di level petani.
Pengamat Ekonomi, Sumut Gunawan Benjamin menuturkan menghitung ada kenaikan harga beras di level konsumen sebesar Rp937 per Kg, atau sekitar 6.1%-6.2% dari realisasi harga beras medium nasional mengacu PIHPS. Jelas kebijakan tersebut akan menguntungkan bagi petani padi.
“Jadi kenaikan harga gabah itu nantinya akan lebih banyak mendorong pemulihan daya beli petani yang akan tercermin dari kenaikan NTP (nilai tukar petani),” tuturnya, Senin (13/1).
Tetapi sudah pasti yang namanya HPP kalau sudah naik, tentunya akan mempengaruhi harga jual produk di sisi hilirnya. Dan kebijakan menaikkan harga gabah ini jelas berpeluang mendorong kenaikan laju tekanan inflasi.
Gunawan menambahkan HPP akan berlaku per 15 Januari pekan depan. Kenaikan HPP tersebut tidak akan lantas memicu kenaikan harga beras secara instan.
“Program penyaluran beras bantuanh sosial (bansos) yang dilakukan selama 6 bulan, juga akan mempengaruhi harga beras. Di mana beras bantuan atau beras SPHP yang didatangkan dengan cara diimpor memiliki pembentukan harga yang berbeda,” katanya.
Beras SPHP ini memiliki harga yang sejauh ini memang masih bersaing dengan beras produksi petani lokal kualitas medium. Namun disaat harga beras petani naik karena HPP, harga beras SPHP ini memiliki peluang untuk tidak mengalami kenaikan, kecuali pemerintah menaikkan HET (harga eceran tertinggi).
“Jadi dengan bantuan sosial saja, akan membuat demand atau permintaan beras lokal turun,” tegasnya.
Belum lagi jika pemerintah atau Bulog juga menggelontorkan beras langsung ke pasar dan skenario itu berpotensi menahan harga beras. Namun pada dasarnya, pembentukan harga pokok produksi tetap akan naik. Ditambah lagi realisasi pembentukan harga gabah di pasar yang berpotensi lebih tinggi dari HPP pemerintah di mana pihak swasta kerap melakukan penawaran harga yang diatas HPP.
“Saya berkesimpulan tren harga beras pada dasarnya dalam tren naik. Namun fluktuasi pada harga beras akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah nantinya merespon dinamika pasokan maupun harga di pasar. Dan, jika pemerintah mampu swasembada dan serius menghentikan impor beras, maka harga beras dalam tren naik. Petani yang akan diuntungkan jika skenario itu berjalan,” pungkasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post