MEDAN, Waspada.co.id – Kinerja sejumlah indeks bursa di Asia mengalami pelemahan pada perdagangan akhir pekan ini. Dipicu oleh memburuknya data inflasi di Jepang, yang meskipun sesuai dengan ekspektasi, akan tetapi menunjukan gejala perlambatan kinerja ekonomi.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan data inflasi jepang pada bulan april sebesar 2.5%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan maret sebesar 2,7%.
“Sehari sebelumnya, FOMC minutes menunjukan bahwa Bank Sentral AS masih belum memberikan gambaran kuat pemangkasan bunga acuannya. Sehingga yang mencuat adalah ekspektasi dipertahankannya bunga acuan The FED di tahun ini. Hal tersebut juga diikuti dengan sejumlah data ekonomi pendukung yang menunjukan ekonomi AS masih cukup solid,” tuturnya, Jumat (24/5).
Alhasil, kinerja bursa di AS mengalami pelemahan. Dan di Asia sejulah bursa juga mengalami pelemahan yang cukup signifikan. Jika IHSG tidak diliburkan, maka IHSG berpeluang diperdagangkan melemah, dan berpeluang ditransaksikan di bawah level 7.200.
“IHSG sangat rentan terbawa arus pelemahan bursa di kawasan, ditengah minimnya agenda ekonomi di tanah air,” ungkapnya.
Untuk kinerja mata uang Rupiah, seandainya pasar tetap buka maka rupiah berpeluang bergerak stabil atau sideways. Seiring dengan melemahnya imbal hasil US Treasury 10 tahun, serta kinerja USD Index yang terpantau bergerak mendatar.
“Rupiah berpeluang untuk bergerak sabil di bawah level 16.100. Rupiah berpeluang bergerak dalam rentang 15.950 hingga 15.990,” ungkapnya.
Sementara itu, harga emas dunia terpantau melemah pada perdagangan akhir pekan. Harga emas melemah dikisaran $2.335. Harga emas terpuruk seiring sikap The FED yang masih bernada hawkish.
“Jika dirupiahkan, maka harga emas di tanah air 1.2 juta per gramnya. Atau turun sekitar 30 hingga 50 ribu per gram dibandingkan sehari sebelum libur hari raya waisak,” tandasnya.(wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post