MEDAN, Waspada.co.id – Bursa di Asia pada perdagangan pagi ini kompak mengalami pelemahan. Saham-saham sektor teknologi masih memimpin sebagai saham yang paling banyak mengalami tekanan jual.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan tekanan juga muncul seiring dengan rilis data ketenaga kerjaan AS yang menunjukan peningkatan jumlah pengangguran pada bulan Juli. Serangakain data tersebut menjadi pemicu memburuknya kinerja pasar saham.
“Sejumlah indikator keuangan di AS juga menunjukan adanya peningkatan pada imbal hasil US Treasury. Kinerja US Dolar Index juga cenderung bergerak naik di atas level 104. Yang mengindikasikan bahwa kinerja pasar keuangan ditanah air berpeluang besar mengalami koreksi pada perdagangan hari ini. Sementara itu, minimnya sentimen pasar membuat IHSG sangat rentan dilanda aksi profit taking,” tuturnya, Jumat (19/7).
IHSG pada perdagangan hari ini dibuka melemah di level 7.304. IHSG berpeluang untuk ditransaksikan dalam rentang 7.230 hingga 7.320 pada perdaangan hari ini. JIka pada perdagangan sebelumnya, IHSG menguat didorong oleh sejumlah saham sektor perbankan, maka secara teknikal potensi koreksi pada IHSG juga bisa dipicu oleh saham di sektor yang sama.
“Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah ditransaksikan melemah pada sesi pembukaan perdagagan hari ini. Rupiah melemah di kisaran level 16.180 per US Dolar. Kinerja mata uang rupiah diproyeksikan akan berada dalam rentang 16.160 hingga 16.210. Sejauh ini, pasar berspekulasi bahwa pemangkasan bunga acuan The FED pada bulan Juli sudah musnah,” katanya.
Spekulasi tersebut muncul seiring dengan sikap Gubernur Bank Sentral AS yang cenderung memberikan peluang pemangkasan bunga acuan pada bulan September mendatang.
“Di sisi lain, harga emas pada perdagangan pagi terpantau mengalami tekanan ke level $2.426 per osn troy nya. Dan masih dikarenakan spekulasi pasar bahwa The FED baru akan memangkas bunga acuan paling cepat di bulan September,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post