TEHERAN, Waspada.co.id – Iran tak akan tunduk pada tekanan negara asing dan siap menanggapi segala bentuk agresi. Demikian disampaikan Mayor Jenderal Hossein Salami, panglima tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Berbicara dalam pertemuan dengan para komandan senior IRGC pada akhir pekan lalu, Salami mengatakan bahwa Iran sama sekali tidak khawatir tentang perang. “Kami tidak akan memulai perang tetapi siap untuk perang apa pun,” ujarnya menegaskan dilansir laman RT.
Ia menambahkan bahwa Iran telah mengembangkan strategi untuk mengatasi musuh mana pun dan untuk mengusir operasi psikologis dan serangan militer langsung. “Namun, kami tidak akan mengambil satu langkah pun mundur dalam menghadapi musuh,” tegas Salami dilansir dari laman republika, Senin (7/4).
Ia mencatat bahwa serangan Israel terhadap konsulat Teheran di Suriah pada bulan April 2024, yang menewaskan beberapa perwira militer senior Iran, menandai dimulainya ‘konfrontasi global’ di Timur Tengah.
Menurut Salami, serangan balasan Iran, yang melibatkan ratusan rudal dan pesawat nirawak, berhasil mengatasi apa yang disebutnya sebagai wilayah udara paling dijaga dalam sejarah. “Rudal kami telah menembus ilusi keamanan mereka,” kata sang jenderal, mengacu pada Israel.
Namun, Yerusalem Barat mengatakan pada saat itu bahwa serangan itu hanya mengakibatkan kerusakan kecil pada beberapa instalasi militernya. Salami mencatat bahwa Israel masih rentan terhadap kemampuan militer Iran.
“Kami telah memperoleh pengetahuan dan formula untuk mengatasi musuh ini dan telah memasukkannya ke dalam semua elemen persenjataan dan peralatan kami,” katanya.
Komentar sang jenderal muncul saat konflik di Gaza terus berkecamuk dan di tengah berlanjutnya konflik antara AS dan Iran.
Pada akhir Maret, Menteri Luar Negeri Marco Rubio memperingatkan bahwa Washington dapat ‘mengambil tindakan’ untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. “Kami memiliki kemampuan untuk melakukan itu dan melangkah lebih jauh, bahkan mungkin mengancam rezim tersebut,” katanya.
Pada saat yang sama, AS mendesak Iran untuk memperbarui pembicaraan mengenai pemulihan kesepakatan nuklir 2015 yang secara sepihak ditarik Washington tiga tahun kemudian.
Trump mengklaim dalam pemerintahan pertamanya bahwa hal itu tidak banyak menghalangi Teheran untuk memperoleh senjata nuklir. Iran bersikeras bahwa program nuklirnya hanya melayani tujuan damai. (wol/republika/mrz/d2)
Discussion about this post