MEDAN, Waspada.co.id – Tokoh masyarakat Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp.BS (K), mengajak masyarakat memaknai qurban dari sisi kesehatan dalam perspektif Islam.
Hal itu disampaikannya saat mengisi khutbah dalam peringatan Idul Adha 1445 Hijriah, di Masjid Al Ikhlas, Madio Santoso, Pulo Brayan Darat, Senin (17/6).
Guru besar fakultas kedokteran USU itu menyebutkan qurban tak hanya dimaknai sebatas penyembelihan saja namun bagaimana memaknai pengurbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
“Kita hari ini berkumpul merayakan Idul Adha hari besar umat Islam yang penuh makna. Tak terlepas dari itu adalah peristiwa kurban yang kita peringati tak hanya penyembelihannya saja tapi bagaimana kita memaknai pangurbanan dan nilai kesehatan dalam perspektif Islam,” ujarnya.
“Kita sama ketahui bukan dagingnya dan bukan darahnya yang sampai kepada Allah tapi ketaqwaan kitalah yang sampai kepada Allah. Sehingga kita jangan lari dari esensi kurban itu sendiri,” sambung Prof Ridha.
Menurutnya banyak orang di luar sana yang menyembelih hewan qurbannya untuk diberikan sebagai sesembahan.
“Allah tidak akan menerima itu semua. Qurban adalah membagikan dagingnya untuk yang membutuhkan dan ketaqwaan kita yang akan sampai kepada Allah.. Karena pada hakikatnya qurban adalah meningkatkan ketaqwaan kepada Allah,” ucap Prof Ridha.
Jika ditinjau dari kesehatan rohani sebutnya, bisa dinilai bagaimana kisah nabi Ibrahim bersama ananda nabi Ismail. Bisa dibayangkan bagaimana seorang ayah yang lama tidak bertemu dengan anaknya sekali bertemu Allah mimpikan kepada Ibrahim berkali-kali agar menyembelih anaknya.
“Tanpa ada jeda nabi Ismail langsung menjawab lakukanlah ayahku jika itu adalah perintah Allah. Sesungguhnya aku ingin masuk dalam katagori orang yang sabar. Bagaimana keteguhan iman keduanya. Bisa kita renungkan kepada diri kita berapa banyak kita kompromi akan perintah Allah. Kita berusaha bertenggang dengan apa yang jadi perintah Allah. Tentu itu menjadi iktibar bagi kita semua,” ungkapnya.
Dari peristiwa itu tadi, juga bisa diambil makna bagaimana peran pendidikan yang diberikan ibunda Siti Hajar kepada anandanya Ismail.
“Walaupun ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama oleh sang ayah. Nabi Ismail tetap menghormati ayahnya. Penghormatan itu diajarkan oleh Siti Hajar. Sayang nilai-nilai itu mulai tergerus dalam kehidupan kita. Sehingga sisi kesehatan rohani menjadi penting untuk ditinjau dalam peringatan qurban,” katanya.
Dari sisi Jasmani, lanjut Prof Ridha, daging yang diberikan adalah daging yang sehat penuh gizi dan protein.
Penyakit dan kuman yang ada di tubuh hewan kurban telah keluar bersama darahnya sehingga daging yang dihasilkan sehat dengan cara disembelih.
“Lain halnya dengan cara dibius kendati tidak menyakitkan bagi hewan tapi ada darah beku di situ sehingga tidak sehat untuk dikonsumsi. Begitulah luar biasanya syariah buat kita untuk menjalankan bagaimana cara pemotongan hewan qurban yang baik dan sehat,” tuturnya.
Dipandang dari kesehatan mental, lanjutnya lagi, lebih luar biasa. Apalagi saat ini kondisi kehidupan masyarakat tidak begitu baik.
“Sudah saatnya kita memupuk ukhuwah persaudaraan yang lebih kuat lagi. Kita harus mengerti akan nasib saudara sesama Muslim. Apa yang menjadi pelajaran bagi kita, bagi yang menerima Alhamdulillah dan bagi yang memberi juga Alhamdulillah karena mendapat kebaikan dengan berbagi kepada saudara seiman,” ucap Prof Ridha. (wol/rls/ags/d2)
Discussion about this post