Waspada.co.id – Islam memerintahkan umat manusia untuk menghormati orang tua, khususnya ibunda. Menyakiti hati keduanya bukanlah perkara yang ringan. Sebab, ridha dan murkanya Allah Subhanahu Wata’ala bergantung pada ridha dan murkanya orang tua. Hal itu telah ditegaskan dalam suatu hadits Rasulullah Muhammad Shalallu’alaihi Wassalam.
Allah Subhanahu Wata’ala adalah Zat Yang Mahakuasa. Dia menunda azab kepada siapapun yang dikendaki-Nya. Dia pun dapat menimpakan azab kepada siapapun yang dimaui-Nya. Terkait itu, Nabi Shalallu’alaihi Wassalam berpesan kepada kaum Muslimin agar tidak durhaka kepada orang tua.
Dalam sebuah hadits riwayat al-Hakim disebutkan, “Rasulullah Shalallu’alaihi Wassalam bersabda, ‘Ada dua pintu petaka yang disegerakan akibatnya di dunia ini, yaitu orang yang zalim dan durhaka kepada orang tua.”
Bahkan, jihad di jalan Allah (fii sabilillah) tidak akan sempurna kecuali seorang yang beriman telah memeroleh restu dari orang tuanya. Dikisahkan, suatu kali seorang pria mendatangi Nabi Shalallu’alaihi Wassalam untuk meminta izin kepada beliau agar diberangkatkan jihad.
Rasulullah Shalallu’alaihi Wassalam pun bertanya kepadanya, “Apakah kedua orang tua engkau masih ada (hidup)?”
“Iya, wahai Rasulullah,” jawab si pria.
“Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya,” ujar Nabi Shalallu’alaihi Wassalam.
Setidak-tidaknya, lisan dan wajah selalu mendatangkan ketentraman ke dalam hati orang tua. Kadangkala, ada suatu keluarga yang di dalamnya si anak lebih saleh daripada orang tuanya. Dalam hal ini, tetap saja tidak dibenarkan untuk mencela mereka.
Ali bin Abi Thalib berwasiat mengenai hal itu, “Janganlah engkau menggunakan kefasihan bicaramu (mendebat) di hadapan ibumu yang dahulu telah mengajarimu berbicara.” Maknanya, pengetahuan agama yang diperoleh sang anak hendaknya dikomunikasikan dengan cara-cara yang santun kepada orang tua yang masih tertutup hatinya.
Misalnya, dengan meyakinkan kepada mereka melalui perbuatan-perbuatan, tidak hanya lisan. Bahwa kehidupan si anak lebih tertata dan akhlaknya kian baik setelah mendalami ilmu-ilmu agama. Ditambah pula dengan berdoa kepada Zat Yang Maha-membolak-balikkan hati. Semoga hidayah-Nya menyinari hati kedua orang tua.
وَاعۡبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشۡرِكُوۡا بِهٖ شَيۡــًٔـا ؕ وَّبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا وَّبِذِى الۡقُرۡبٰى وَالۡيَتٰمٰى وَ الۡمَسٰكِيۡنِ وَالۡجَـارِ ذِى الۡقُرۡبٰى وَالۡجَـارِ الۡجُـنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالۡجَـنۡۢبِ وَابۡنِ السَّبِيۡلِ ۙ وَمَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُكُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنۡ كَانَ مُخۡتَالًا فَخُوۡرَا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS an-Nisa: 36). (wol/republika/mrz/d2)
Discussion about this post