MEDAN, Waspada.co.id – Laju tekanan inflasi di AS terus mengalami perlambatan. Rilis data PCE Index kemarin yang sebesar 2.8% secara tahunan (YoY) di bulan Januari, menunjukkan bahwa realisasi laju tekanan inflasi masih sesuai dengan ekspektasi sebelumnya.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan seski demikian, pejabat Gubernur Bank Sentral AS kebanyakan menyatakan bahwa masih perlu upaya untuk menekan inflasi sesuai target di angka 8%.
“Dan pelaku pasar menterjemahkan hal tersebut dengan kemungkinan bahwa perlu banyak dukungan data lanjutan seblum akhirnya The FED mulai memangkas besaran bunga acuannya. Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar menanti rilis data inflasi di tanah air. Sejuah ini, inflasi februari diproyeksikan akan lebih tinggi dari realisasi di bulan januari secara tahunan,” tuturnya, Jumat (1/3).
Inflasi di tanah air diproyeksikan akan naik di atas 2.6% secara YoY. Kenaikan laju tekanan inflasi tersebut terjadi seiring dengan kenaikan sejumlah kebutuhan pokok masyarakat. Yang nantinya akan sangat mempengaruhi kinerja sektor keuangan.
“Walau demikian dana NBS manufaktur China masih mengalami perlambatan atau kontraksi pada pagi ini. Data tersebut sangat berpeluang menjadi beban bagi pasar keuangan di Asia tanpa terkecuali pasar keuangan tanah air,” ungkapnya.
IHSG di sesi perdagangan pagi ini ditransaksikan sedikit menguat di sesi pembukaan di level 7.318,6. Akan tetapi setelahnya IHSG bergerak sideways dan kerap diperdagangan didua zona.
“Sementara itu, kinerja mata uang rupiah ditransaksikan sedikit mengalami penguatan di level 15.705 per US Dolar pada sesi perdagangan pagi ini,” tandasnya.
Lalu untuk harga emas pada perdagangan pagi ini ditransaksikan menguat dikisaran level $2.044 per ons troy nya.
“Kinerja harga emas mengalami penguatan seiring dengan membaiknya ekspektasi pasar bahwa inflasi yang sesuai harapan menimbulkan sikap optimis bahwa kebijakan penurunan bunga acuan dalam track yang sesuai,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post