KUTACANE, Waspada.co.id – Jembatan gantung di Desa Mendabe, Kecamatan, Babussalam, Aceh Tenggara, kini dikhawatirkan hanya tinggal nama.
Jembatan alternatif penghubung antar kecamatan itu, saat ini hanya tinggal pondasinya saja, Sabtu (16/3).
Kepala Desa Mendabe, Muadin, menyebutkan bahwa jembatan gantung yang berada di desanya itu, adalah salah satu akses yang penting bagi masyarakat. Selain untuk akses alternatif penghubung antar kecamatan, jembatan itu adalah akses vital bagi warga petani masyarakatnya.
Dia mengatakan, sejak terputusnya akses jembatan gantung pada 13 Oktober 2023 lalu, banyak warga petani mengalami kesulitan untuk mengeluarkan hasil pertaniannya. “Terpaksa harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi lagi,” sebutnya.
Menurut dia, warga petani yang menggarap lahan perkebunan di seberang Sungai Alas itu, terpaksa harus menempuh perjalanan yang lebih jauh. “Warga petani terpaksa harus memutar melalui Jembatan Natam atau melalui Jembatan Mbarung,” jelasnya.
Bahkan, kata dia, warga petani yang menggarap lahan perkebunan di seberang Sungai Alas itu, termasuk hampir setiap harinya harus berada di lahan perkebunan.
Selain sebagai pokok utama mata pencaharian, warga petani juga banyak yang sudah menetap tinggal di sana.
Sebelum akses jembatan itu putus, warga petani yang menetap di sana, hampir setiap harinya bolak-balik ke sana ke sini. “Namun setelah akses itu terputus, terpaksa jarang untuk menjenguk senak familinya yang berada di desa ini,” cetusnya.
Amatan Waspada Online, jembatan gantung Desa Mendabe, diketahui dirikan bersumber dari APBA tahun 2010.
Jembatan itu, akses penting bagi warga Desa Mendabe dan sekitarnya. Saat ini, hanya tinggal abutmant pondasinya, dikhawatirkan akan meninggalkan nama saja. (wol/sur/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post