JAKARTA, Waspada.co.id – Presiden Republik Indonesia (RI) ke-7, Joko Widodo (Jokowi) mengaku siap menghadapi gugatan terkait mobil Esemka yang dilayangkan ke Pengadilan Negeri (PN) Solo. Gugatan tersebut terkait dugaan wanprestasi atau ingkar janji dalam proyek mobil Esemka.
Jokowi mengaku tak mempermasalahkan adanya gugatan karena Indonesia adalah negara hukum. Ia juga telah menunjuk tim kuasa hukum untuk menangani perkara tersebut.
“Sudah saya serahkan ke pengacara. Nanti ditanyakan ke pengacara,” ujar Jokowi singkat saat ditemui di kediamannya, Solo, Jumat (11/4).
Terkait jadwal sidang perdana yang direncanakan berlangsung pada 24 April 2025, Jokowi belum memastikan apakah akan hadir langsung atau hanya diwakilkan oleh pengacara.
“Saya belum konsultasi dengan pengacara soal itu,” katanya.
Menanggapi tudingan mobil Esemka tidak diproduksi massal, Jokowi menjelaskan bahwa pabrik Esemka adalah milik swasta.
Dia menyatakan, peran pemerintah saat itu, khususnya saat dirinya masih menjabat sebagai Wali Kota Solo, hanya sebatas mendorong kreativitas siswa SMK dan teknisi otomotif.
“Itu pabrik milik swasta. Pemerintah hanya mendorong dan memfasilitasi uji emisi. Setelah itu, kelanjutan investasi dan produksi sepenuhnya tanggung jawab swasta,” jelasnya.
Jokowi menambahkan, sektor otomotif memiliki tantangan yang kompleks, termasuk persaingan harga, pemasaran, hingga layanan purna jual Menurutnya, keberlanjutan mobil Esemka tergantung pada minat investor dan kekuatan pasar.
“Pemerintah mendorong agar produk rakyat bisa tumbuh dan menarik investasi, tapi soal produksi dan penjualan adalah urusan industri dan pasar,” tegasnya.
Saat ditanya tentang perkembangan terbaru mobil Esemka, Jokowi menegaskan, urusan tersebut sepenuhnya berada di tangan swasta. Dia menolak campur tangan lebih jauh karena bukan ranah pemerintah.
“Itu sudah masuk sektor swasta. Sebagai presiden, tugas saya membuka jalan. Tapi soal produksi dan penjualan, itu kewenangan perusahaan,” tandasnya.
Jokowi berharap mobil Esemka bisa tumbuh dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Namun ia mengakui, persaingan di dunia otomotif tidak mudah, bahkan banyak merek besar dunia yang gagal bertahan di Indonesia.
“Kalau bisa produksi lebih banyak tentu bagus untuk ekonomi. Tapi bersaing di pasar otomotif itu sangat sulit, banyak tantangan yang harus dihadapi,” pungkasnya. (wol/inilah/man/d2)
Discussion about this post