JAKARTA, Waspada.co.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita mengenai pertemuannya dengan Paus Fransiskus di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/9) lalu.
Salah satunya mengenai Paus Fransiskus yang kaget saat mendengar bahwa keluarga di Indonesia memiliki anak dengan jumlah tiga hingga empat orang.
Hal tersebut disampaikan Kepala Negara usai meresmikan sejumlah infrastruktur di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (6/9).
“Waktu saya bercerita menyampaikan bahwa di Indonesia untuk masalah orang tua, atau anak-anak muda kita, yang mempunyai anak 3 sampai 4, beliau kaget sekali,” kata Jokowi, dikutip dari video di kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Menurut Presiden, Paus kaget karena di banyak negara, utamanya pada saat ini, orang tidak lagi ingin memiliki anak. Karena itu, kata Jokowi, Paus sangat menghargai orang-orang di Indonesia yang masih ingin memiliki keturunan.
“Karena beliau bercerita saat di tete a tete bahwa di banyak negara sekarang ini orang sudah tidak senang memiliki anak, dan beliau sangat menghargai dan menghormati itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Jokowi mengungkapkan pertemuannya dengan Paus juga membahas terkait perdamaian dunia.
“Kami kemarin dengan Sri Paus berbicara banyak mengenai hal-hal berkaitan perdamaian dunia,” jelasnya.
“Di singgung mengenai pentingnya two-state solution (solusi dua negara) bagi jalan keluar konflik yang ada di Gaza di Palestina.”
Sebelumnya, Paus pernah menyinggung keluarga di Indonesia yang masih ingin memiliki anak.
Hal tersebut disampaikan Paus dalam pidatonya saat bertemu tokoh, pejabat, dan duta besar negara sahabat, bersama Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (4/9).
Pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia tersebut memuji sikap keluarga di Tanah Air itu dan menyebutnya sebagai contoh untuk banyak negara.
“Masyarakat percaya bahwa mereka dapat atau boleh membutuhkan untuk memohon berkat Allah. Saya mendengar bahwa keluarga-keluarga masih memiliki tiga sampai empat anak, dan ini sebuah contoh yang bagus untuk banyak negara,” kata Paus.
Ia kemudian mengatakan banyak negara yang warganya lebih memilih mengasuh hewan peliharaan dibandingkan memiliki anak.
“Mungkin ini karena banyak negara tidak mau lagi memiliki anak, tetapi memiliki binatang anjing atau kucing,” ujarnya. (wol/ryp/d2)
Discussion about this post