RANTAUPRAPAT, Waspada.co.id – Kepala Desa Emplasmen Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, Sardi, diduga melakukan penggelembungan dalam pembangunan puluhan unit septic tank rumah warga yang menggunakan Dana Desa (DD) Tahun Anggaran (TA) 2024.
Sardi, ketika ditemui di kantornya Rabu, (31/7) mengatakan, pihaknya akan menerima anggaran dana desa tahun 2024 sebesar Rp800 jutaan yang akan diterima secara bertahap. Sejauh ini, mereka telah menerima dana desa tahap pertama sebesar Rp200 jutaan.
Dana itu, kata Sardi, telah digunakan untuk menyelesaikan pembangunan septic tank sebanyak 50 unit yang berukuran 1M x 1,5 M dengan harga per unit mencapai Rp3,5 juta. Katanya, ada sebanyak 70 septic tank yang direncanakan akan dibangun.
“Pembangunan ini ada jalan disini, yang paling utama septic tank ada banyak, dapat 70, karena kita satu-satunya desa yang membuang kotoran itu ke sungai, dampaknya besar ke stunting, jadi kita itu dianjurkan di setiap rumah dibuatkan septic tank,” katanya.
Sardi mengaku, material pembangunan 50 unit septic tank yang telah selesai dikerjakan itu, diambil langsung oleh TPK ke Panglong, dan dibayarkan oleh Bendahara Desa. Kata Sardi, terkadang dirinya yang membayarkan belanja material jika bendahara sedang sibuk.
“Ya kalau minta barang ya TPK, pembayaran bendahara, kadang aku juga kalau bendahara tidak sempat. Karena uang itu kan adanya di bendahara, kadang kan dia entah pergi kemana gak sempat,” katanya.
Apa yang dikatakan Kepala Desa Sardi, justeru bertolak belakang dengan keterangan yang disampaikan oleh Kepala Urusan (Kaur) Kesejahteraan, Binsar Saragih. Kata Binsar, Desa Emplasmen membangun sebanyak 40 unit septic tank dengan harga per unit sebesar Rp1,7 juta.
“Mengingat ini aliran DAS, banyak masyarakat membuang (kotoran) langsung dari pipa ke sungai itu, semalam itu ada tim dari stunting, nah itulah harus dibuat septic tank, jadi sesuai anggaran hanya 40 KK yang bisa terealisasi,” kata Binsar ketika dikonfirmasi sebelumnya.
Binsar menjelaskan, pembangunan 1 unit septic tank berukuran 1M x 1,5M itu, pihaknya menggunakan material seperti batu bata sebanyak 650 buah, 3 zak semen, dan 1 batang besi untuk pengecoran lantai dengan harga Rp1,7 juta. Harga itu, sudah termasuk upah tukang di dalamnya.
“Anggaran nya paling semalam itu sekitar Rp1,7 juta, upahnya kurang lebih Rp750 ribu ke Rp800 ribuan gitulah, batu bata kemarin itu sekitar 650, semen 3 zak, besinya itulah dia 1 batang untuk cor,” tutupnya. (wol/ndi/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post