MEDAN, Waspada.co.id – Kejaksaan Negeri (Kejari) Medan, Sumatera Utara menghentikan penuntutan perkara dugaan tindak penganiayaan lewat keadilan restoratif, setelah perdamaian dilakukan antara korban dan tersangka.
“Bidang Pidum (Tindak Pidana Umum) Kejari Medan mengedepankan hati nurani dalam penegakan hukum,” ungkap Kepala Kejari Medan Muttaqin Harahap, Rabu (3/7).
Pihaknya telah menyerahkan surat ketetapan penyelesaian perkara sesuai keadilan restoratif kepada tersangka berinisial AS (37), yang diduga menganiaya korban FA, di Medan, Senin (1/7).
“Penghentian penuntutan perkara dugaan tindak penganiayaan tersebut sebelumnya dilakukan melalui proses mediasi yang difasilitasi oleh Kejari Medan,” katanya.
Muttaqin melanjutkan setelah adanya perdamaian dan terpenuhi syarat keadilan restoratif, lanjut dia, maka kepada tersangka AS dijelaskan beberapa poin.
“Beberapa poin itu yakni kepada tersangka AS baru pertama kali melakukan tindak pidana dugaan penganiayaan dan disertai ancaman pidana penjara tidak lebih dari lima tahun,” ujarnya.
Muttaqin melanjutkan Kejari Medan kemudian melakukan ekspos perkara ke Jaksa Agung Muda Pidana Umum (Jampidum) Kejaksaan Agung RI sesuai Peraturan Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
“Alhamdulillah, disetujui. Lalu dikeluarkan surat penghentian perkara lewat keadilan restoratif dan tersangka AS dibebaskan,” tandasnya.
Tersangka AS yang telah dibebaskan sepenuhnya mengapresiasi, terutama Kejari Medan karena telah dibebaskan dari kasus yang menimpanya secara damai.
“Terima kasih yang tak terhingga buat Kejari Medan lantaran menerapkan keadilan restoratif kepada saya dan saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana,” pungkasnya. (wol/ryp/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post