MEDAN, Waspada.co.id – Kelompok masyarakat Tionghoa yang bermukim di Kompleks Asia Mega Mas dihebohkan dengan kehadiran calon Wakil Wali Kota Medan nomor urut 3, Yasyir Ridho Loebis, Selasa (19/11).
Mereka menyambut baik Program 1 Keluarga 1 Sarjana yang dicanangkan pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan nomor urut 3, Hidayatullah-Yasyir Ridho Loebis (HIRO).
Masyarakat Tionghoa menilai, dengan memberikan pendidikan maka akan terhindar dari perilaku kriminalitas bagi generasi muda di Kota Medan.
Turut mendampingi Yasyir Ridho Loebis pada pertemuan itu beberapa tokoh Tionghoa yakni Halim Loe, Daniel Wijaya, Charlie Andrean, Johan dan lainnya.
Tokoh Tionghoa, Halim Loe, mengatakan masyarakat Tionghoa jangan ragu untuk memilih pasangan HIRO. Sebab, HIRO merupakan satu-satunya pasangan calon yang paling getol meningkatkan pendidikan di Kota Medan.
“HIRO ini pasangan yang paling depan memperjuangkan pendidikan. Program 1 Keluarga 1 Sarjana, harapannya anak tersebut membantu orangtuanya untuk menyekolahkan adiknya sehingga tak jadi pelaku begal,” kata Halim Loe.
Halim Loe menambahkan, keamanan dan kenyamanan masyarakat Tionghoa dalam berusaha sering kali mendapatkan gangguan dan ancaman dari kelompok preman.
“Orang Tionghoa ini butuh kenyamanan dan keamanan dalam menjalankan usaha. Tapi kita selalu mendapatkan intimidasi, itu disebabkan karena pendidikan yang rendah. Dengan program HIRO yang menciptakan banyak sarjana, maka kedepan aksi seperti itu tidak akan terjadi lagi,” kata Halim Loe.
Tokoh Tionghoa lainnya, Charlie Andrean, menegaskan masyarakat Tionghoa harus berjuang dan memenangkan HIRO. Dengan memperjuangkan pendidikan, maka akan berdampak dengan turunnya angka kriminalitas.
“Kita harus siap mendukung dan memenangkan HIRO, kita ingin perubahan. Kita harap di Kota Medan tindakan kriminalitasnya turun,” ujarnya.
Masyarakat Tionghoa lainnya, Johan berharap pasangan HIRO mampu menuntaskan pembangunan infrastruktur yang tengah berjalan saat ini.
“Saya harap ke depan pembangunan proyek infrastruktur tidak mengganggu usaha masyarakat. Karena itu saya meminta pasangan HIRO harus berjanji untuk menyelesaikan proyek infrastruktur dengan cepat tanpa mengurangi kualitas,” kata Johan.
Menanggapi aspirasi tersebut, Yasyir Ridho mengatakan jika masyarakat Tionghoa hanya membutuhkan keamanan dalam menjalankan usaha dan kenyamanan dalam hidup.
“Jadi untuk menjawab kegelisahan kawan-kawan saya Tionghoa, Pasangan HIRO sudah menyiapkan Program 1 Keluarga 1 Sarjana. Ini bisa menjawab kegelisahan berkaitan dengan kriminalitas,” kata Yasyir Ridho.
Yasyir Ridho menjelaskan, perilaku kejahatan berupa aksi begal dan pencurian yang dilakukan merupakan bentuk dari minimnya pendidikan yang diterima oleh kelompok pemuda.
“Sehingga mereka merasa tidak punya harapan lagi, membegal lah jadinya. Mencongkel rumah tetangganya. Sementara kalau dia sarjana, dia merasa punya harapan hidup sehingga dia cenderung untuk menjaga dirinya dari tindakan kriminalitas,” ucapnya.
Ia mengakui, tindakan kriminalitas yang dilakukan kelompok pemuda juga disebabkan adanya rasa saling curiga sesama masyarakat.
“Karena itu pasangan HIRO hadir untuk melakukan pemerataan, dalam bentuk kebahagiaan. Kami ingin memutuskan kemiskinan yang sudah terstruktur ini. Percayalah, tidak ada orang yang bercita-cita jadi penjahat, pelaku begal. Untuk itu, cara menghentikan dengan pendidikan, ini program jangka panjang,” tutupnya. (wol/aa/d2)
Editor: Rizki Palepi
Discussion about this post