MEDAN, Waspada.co.id – Masuknya Starlink ke Indonesia tidak bisa dipungkiri menjadi ancaman terhadap operator seluler di Indonesia, apalagi pemerintah sudah membuka kran istilahnya ‘karpet merah’.
Hal itu disampaikan Chief Corporate Affairs XL Axiata-Marwan O Baasir saat menyambangi Gedung Bumi Warta Waspada, Kamis (20/6). Marwan didampingi Group Head XL Axiata West Region Desy Sari Dewi, Head External Comm XL Axiata Henry Wijayanto, dan Corporate Communication XL Axiata West Region Aldy Desmet.
Kedatangan tim XL disambut oleh Wakil Pemimpin Redaksi Waspada Online Austin Tumengkol, Redaktur Ekonomi Hr Waspada Sulaiman Hamzah, Redaktur Nasional T Junaidi, dan Humas Dr H Erwan Effendi.
Marwan menyebutkan, sekarang ini kehadiran Starlink telah menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Indonesia karena banyak di antara mereka penasaran terhadap teknologi ditawarkan Starlink. Apalagi, baru-baru ini telah mengeluarkan produk terbaru ukurannya lebih kecil dan simpel.
“Jadi kami melihat ancaman ini sudah tidak bisa dihindarkan dan nyata,” ujar Marwan dengan nada serius.
Disebutkannya, teknologi Starlink yang menggunakan satelit tentu bisa mobile ke manapun, karena itu diharapkan adanya peraturan yang sama diperlakukan terhadap para operator termasuk tata niaganya. Dengan begitu, struktur tata niaga bisa diatur. Di Amerika Serikat, penggunaannya dilarang dalam kota-kota besar.
Di Amerika Serikat, Starlink hanya bisa dipakai di daerah-daerah pinggiran, sementara India dan China sudah menutup. Sekarang ini yang sedang membuka diri adalah Sri Lanka dan Bangladesh.
Sementara buat operator Indonesia ancaman ini sudah pasti sangat terasa, karena pemiliknya bukan orang sembarangan, apalagi Indonesia termasuk pasar yang sangat besar. Marwan menambahkan kebutuhan internet sekarang ini sudah menjadi prioritas ketiga setelah pangan dan sandang, bukan lagi papan.
“Sekarang orang kalau nggak ada internet bisa ‘mati angin’, nggak bisa WA, main games, instagram sampai tiktok,” sebutnya lagi.
Selain itu, pemerintah boleh-boleh saja membuka market, karena jasanya sama dengan internet. Namun perlu dilihat investasi operator dalam negeri diproteksi juga, jangan sampai pemerintah hanya tergiur membuka market hingga lupa dengan operator nasional. Marwan menambahkan, penggunaan smartphone di Indonesia sekarang ini sudah mencapai di atas 90 persen.
“Jadi kita berharap masyarakat yang belum menggunakan smartphone bisa migrasi cara dengan ditutup kanal 2G ataupun 3G, tapi di sisi lain smartphone-nya disubsidi, jadi mereka bisa membeli dengan harga murah. Itu sih harapan kita selaku operator,” ujarnya.
XL sendiri sekarang ini memiliki pelanggan sudah 58 juta, ditopang 160 ribu bts, tetap berkomitmen konektivitas adalah kunci mewujudkan 17 target Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) pada tahun 2030. XL Axiata menjadi garda terdepan dan terpercaya dalam penyediaan infrastruktur teknologi informasi, membangun konektivitas untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan.
“Komitmen XL Axiata bagi bangsa ini dinyatakan dalam tujuan “Mengembangkan Indonesia melalui Demokratisasi Teknologi”. Namun, peran kami tidak hanya mengembangkan ekonomi saja, melainkan juga kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan melalui berbagai program terkait digital,” pungkas Marwan. (wol/aa/d2)
Editor: AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post