MEDAN, Waspada.co.id – Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut) akan segera melimpahkan berkas perkara dugaan korupsi Alat Pelindung Diri (APD) Covid-19 di Dinas Kesehatan Sumut ke Pengadilan Negeri (PN) Medan.
Hal itu dikatakan langsung oleh Kasi Penkum Kejati Sumut Yos A Tarigan saat dikonfirmasi Waspada Online, Selasa (26/3).
Yos mengatakan kalau kedua tersangka yaitu Kadis Kesehatan Sumut berinisial AMH dan pihak swasta berinisial RMN telah selesai pemberkasan.
“Dan telah dipersiapkan untuk dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Medan,” tegasnya.
Mantan Kasi Pidsus Kejari Deliserdang itu mengungkapkan bahwa dalam perkara ini alat bukti telah tertuang pada berkas dan fakta yuridis telah terjelaskan pada berkas dengan semua proses penyidikan telah berjalan.
“Oleh karena telah rampungnya penyidikan dan akan dilimpahkahkan maka khusus untuk kedua tersangka kita lihat perkembanganya di proses peradilan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kejati Sumut melakukan penahanan terhadap kedua tersangka yang diduga melakukan tindak pidana korupsi dalam perkara Penyelewengan dan Mark-Up Program Pengadaan Penyediaan Sarana, Prasarana Bahan dan Peralatan Pendukung Covid-19 berupa Alat Pelindung Diri (APD) di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2020.
Dalam rangka efektivitas proses penyidikan, serta berdasarkan pertimbangan obyektif dan subyektif sebagaimana diatur dalam Pasal 21 KUHAP, terhadap kedua tersangka dilakukan penahanan selama 20 hari ke depan.
Adapun kronologi perkaranya adalah pada tahun 2020, telah diadakan pengadaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan nilai kontrak sebesar Rp39.978.000.000, salah satu rangkaian dalam proses pengadaan tersebut adalah penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang mana dalam penyusunan RAB yang ditandatangani oleh tersangka dr. AMH diduga tidak disusun sesuai dengan ketentuan, sehingga nilai dalam RAB tersebut terjadi pemahalan harga/mark up yang cukup signifikan.
Kemudian, dalam pelaksanaannya RAB tersebut diduga diberikan kepada tersangka RMN (selaku pihak swasta/rekanan), sehingga RMN membuat penawaran harga yang tidak jauh berbeda dari RAB tersebut.
Disamping itu, dalam pelaksanaan pengadaan tersebut diduga selain terjadi mark up, juga ada indikasi fiktif, tidak sesuai spesifikasi serta tidak memiliki izin edar atau rekomendasi dari BNPB, dan tidak dilaksanakannya ketentuan Perka LKPP Nomor 3 Tahun 2020 poin 5.
Adapun jenis pengadaan yang dilakukan berupa baju APD, helm, sepatu boot, masker bedah, hand screen, dan masker N95. Akibat perbuatan tersebut berdasarkan hasil perhitungan kerugian negara yang dilakukan oleh tim audit forensik bersertifikat telah terjadi kerugian negara sebesar Rp24.007.295.676,80.
Atas perbuatannya, para tersangka disangkakan dengan Pasal 2 ayat (1) subsidair Pasal 3 jo Pasal 18 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. (wol/ryp/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post