MEDAN, Waspada.co.id – Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara (BBPSU) terus bergerak untuk melaksanakan program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikadasmen) guna menguatkan pendidikan bermutu untuk semua.
Saat ini Kemendikadasmen tetap akan memberikan prioritas program peningkatan literasi dan pelindungan bahasa daerah. Hal tersebut dikuatkan melalui enam program prioritas Kemendikdasmen.
Program prioritas tersebut ialah 1) penguatan pendidikan karakter; 2) wajib belajar 13 tahun dan pemerataan kesempatan pendidikan; 3) peningkatan kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan guru; 4) penguatan pendidikan unggul, literasi, numerasi, dan sains teknologi; 5) pemenuhan sarana dan prasarana; dan 6) pembangunan bahasa dan sastra.
Melalui prioritas Nomor 6, yaitu pembangunan bahasa, BBPSU yang merupakan unit pelayanan teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam beberapa tahun terakhir ini turut mengembangkan program penguatan literasi dan pelindungan bahasa dan sastra. Kedua program tersebut dihelat dalam kegiatan penyusunan dan penerjemahan buku cerita anak dwibahasa.
Kepala BBPSU, Hidayat Widiyanto, M.Pd mengatakan BBPSU pada tahun 2024 menghasilkan 97 produk buku cerita anak dwibahasa yang berbasis pada bahasa-bahasa daerah di wilayah Sumatera Utara. Buku cerita anak dwibahasa ini sekaligus mendukung dua program prioritas Kemendikdasmen melalui pembangunan bahasa dan sastra.
Penguatan literasi dijembatani melalui penyusunan buku cerita anak dalam bahasa daerah di Sumatera Utara. Penyusunan buku dalam bahasa daerah merupakan salah satu bukti nyata dalam pelindungan bahasa daerah.
“Untuk mempermudah akses, buku tersebut juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Semua buku disampaikan dalam dua bahasa, yaitu bahasa daerah dan diikuti bahasa Indonesia. Pada tahun 2024 BBPSU menyusun buku bahasa daerah sebanyak 25 judul buku berbahasa Melayu, 22 judul buku berbahasa Batak Toba, 17 judul buku berbahasa Batak Mandailing/Angkola, 12 judul buku berbahasa Batak Karo, 9 judul buku berbahasa Nias, dan 7 judul buku berbahasa Melayu Pesisir Sibolga,” terangnya, Selasa (31/12).
Dijelaskan, buku yang diterbitkan Kemendikdasmen ini ditulis oleh para penulis yang mampu berbahasa daerah dan sekaligus memiliki kompetensi menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam proses penyusunan buku tersebut BBPSU
melaksanakan serangkaian kegiatan dari awal perekrutan penulis sampai pada sosialisasi produk atau penyampaian hasil kepada pemangku kepentingan agar buku tersebut dapat digunakan secara langsung oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
“Setidaknya ada tujuh tahapan proses dari awal sampai akhir buku tersebut siap dibaca oleh anak-anak di Sumatera Utara. Tahapan tersebut dapat disampaikan melalui proses berikut: 1) Sosialisasi program kepada masyarakat; 2) Bimbingan teknis penyusunan buku dan penerjemahan; 3) Penelaahan dan penyuntingan naskah; 4) Pengilustrasian dan pengatakan; 5) Pengajuan ISBN; 6) Uji keterbacaan dan revisi naskah; dan 7) Diseminasi dan penyerahan produk kepada masyarakat,” terangnya.
“Proses ini dilaksanakan sepanjang tahun 2024. Pada awal 2025 produk BBPSU ini dapat diakses oleh masyarakat melalui laman www.balaibahasasumut.dikdasmen.go.id. Proses perekrutan penulis dilaksanakan oleh BBPSU melalui informasi perekrutan dengan mekanisme tertentu melalui media sosial resmi BBPSU,” katanya lagi.
Para penulis terpilih didampingi oleh para tutor sampai naskah tersebut layak menjadi buku cerita anak standar Kemendikdasmen. Selain didampingi oleh tutor yang berpengalaman, para penulis juga dimentori para pakar bahasa daerah dalam menyusun naskah tersebut. BBPSU sengaja menghadirkan para akademisi, budayawan, praktisi bahasa daerah yang mumpuni untuk menjaga kualitas bahasa daerahnya. Pada tahun 2024 BBPSU juga mengundang ilustrator-ilustrator profesional untuk bergabung dalam penyusunan buku literasi ini secara terbuka.
Buku-buku terbitan Kemendikdasmen ini juga mengakomodasi berbagai jenjang kebutuhan kemahiran membaca anak. Buku yang diterbitkan langsung oleh Kemendikdasmen ini setidaknya mengakomodasi dua jenjang kebutuhan membaca anak yaitu, jenjang untuk pembaca dini dan jenjang untuk pembaca semenjana. Jenjang pembaca dini disediakan 78 buku cerita anak dengan tiga tingkatan, yaitu 30 judul jenjang B-1, 28 judul jenjang B-2, dan 20 judul untuk jenjang B-3. Untuk jenjang semenjana atau jenjang C tersedia buku sejumlah 19 judul buku. Oleh karena itu, buku-buku ini akan sangat cocok untuk anak-anak usia jenjang PAUD dan SD.
Materi atau isi buku diharapkan akan menggugah anak-anak untuk mulai berpikir kritis. Basis yang dipilih adalah bidang sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Buku cerita anak ini merupakan buku yang mengemas konsep atau basis bidang ilmu tertentu dengan penyampaian yang sangat ringan dan disukai oleh anak-anak karena menggunakan cerita yang dekat dengan mereka. Topik buku sangat beragam mulai dari lingkungan hidup, ekonomi kreatif, matematika, sains, dan pengembangan diri yang ada di dalamnya pencegahan kekerasan, kesehatan mental, serta kepedulian akan anak berkebutuhan khusus.
Secara khusus ada juga buku yang mengangkat perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini.
Untuk menjaga kualitas dilakukan pula uji keterbacaan buku. Dapat disampaikan kepada masyarakat bahwa kualitas buku-buku cerita anak secara umum dapat dikatakan baik karena telah memenuhi kebutuhan keterbacaan buku. Hal tersebut dapat dilihat melalui aspek penyajian dengan nilai 98,78; aspek kegrafikan 96,65, dan aspek kebahasaan 98,16 sehingga rerata nilainya menjadi 98,39.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa buku-buku yang dihasilkan oleh BBPSU memiliki tingkat keterbacaan yang baik. Namun, BBPSU juga menyadari bahwa buku ini senantiasa hidup. Untuk itu, perbaikan dan penguatan senantiasa perlu dilakukan dan masyarakat harus turut menjaga kualitasnya.
BBPSU telah mendukung program prioritas Kemendikdasmen melalui peningkatan literasi dengan menyediakan bahan bacaan literasi yang baik untuk anak-anak dan melindungi bahasa daerah dengan menyediakan materi berbahasa daerah.
Untuk itu, BBPSU mengajak pemerintah daerah, baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota untuk memanfaatkan buku-buku cerita anak tersebut sebagai bahan penguatan literasi dan pelindungan bahasa daerah. BBPSU mengajak pemanfaatan buku tersebut dapat digunakan sebagai materi muatan lokal, ekstrakurikuler, atau bahan bacaan pendukung pembelajaran di kelas.
Untuk menguatkan program yang berkelanjutan, pada 2025 BBPSU tetap akan memprogramkan penyusunan buku literasi ini dan tetap mengajak semua pemangku kepentingan untuk memberikan kontribusi dalam setiap proses.
BBPSU senantiasa akan melibatkan masyarakat karena masyarakatlah yang memahami dan mengetahui kebutuhan peningkatan literasi dan pelindungan bahasa daerah di wilayahnya. Untuk itu, BBPSU mengajak untuk melakukan kolaborasi dan kerja sama dalam menyukseskan program peningkatan literasi dan pelindungan bahasa daerah ini melalui penyediaan buku cerita anak pada 2025 untuk pendidikan bermutu di Sumatera Utara. (wol/ari/d1)
Discussion about this post