MEDAN, Waspada.co.id – Umur tugasnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) masih 28 tahun lagi, tambahan penghasilannya sedang sangat baik sebagai ahli bedah syaraf.
Jam mengajarnya sangat tinggi, mulai di Sumut hingga sejumlah negara di dunia. Lantas apa yang membuat seorang Prof Ridha Dharmajaya memilih jalan maju menjadi Wali Kota Medan?
Mungkin ada yang bertanya-tanya, Prof Ridha Dharmajaya spesialis bedah syaraf ini siapa? Mengapa muncul spanduk-spanduk maju menjadi Calon Wali Kota Medan. Apakah dokter ini sedang mencari pekerjaan sebagai wali kota atau mau menjadi gagahan saja?
Dalam perbincangan dengan Prof Ridha Dharmajaya, profesi yang ditekuninya hingga mendapatkan gelar profesor adalah cita-citanya sejak di bangku SMA. Semua cita-cita itu dikejar dengan beragam suka dan duka.
“Saya masuk ke fakultas kedokteran USU itu mau belajar bedah syaraf. Makanya, setelah menamatkan Strata 1 Kedokteran, melanjutkan ambil spesialis bedah syaraf di Universitas Indonesia. Alhamdulillah lulus. Berlanjut, saya menamatkan Pendidikan S-3 (Strata tiga) untuk bisa bergelar guru besar, alhamdulilah semua saya dapatkan dan bergelar Profesor bedah syaraf. Saya juga Kaprodi Bedah Syaraf Fakultas Kedokteran USU,” ceritanya, Kamis (3/10).
Prof Ridha mengakui, saat ini banyak rumah sakit yang bersaing secara bisnis membuka klinik khusus bedah syaraf, rumah sakit yang berlomba ini bukan rumah sakit yang murah dalam memasang tarifnya. Melainkan cukup mahal, bahkan bedah syaraf ini sekali Tindakan operasi di antara Rp80 juta hingga Rp200 jutaan.
“Ya ada juga yang lebih murah, tapi itu karena potongan honor medis atau diskon khusus. Saya praktek di RSUP Adam Malik Medan dan RSU Malahayati, profesor ahli bedah syaraf ini masih sangat jarang di Sumut, sehingga pikiran dan tenaga saya masih sedang baik-baik saja saat ini,” ucapnya.
Arah jalan yang cita-cita Prof Ridha sebenarnya sudah sangat baik, bahkan pencapaiannya sudah dibilang sempurna dalam karier akademisi dan profesi dokter serta prestasinya cukup banyak dalam bidang kedokteran.
Bahkan, sahabat se profesi dokter menyebutkan ini Langkah terlalu berani. Ikut bertarung menjadi Wali Kota Medan, yang secara keberhasilan belum tentu bisa didapat.
“Begitu saya mendaftar sebagai Calon Wali Kota Medan pada 29 Agustus lalu, semua karier saya sebagai ASN dan akademisi yang sebenarnya masih memiliki masa tugas 28 tahun lagi berhenti. Saya tahu, di luar saya banyak orangtua menginginkan anaknya menjadi dokter dan berstatus ASN. Tapi niat saya bulat, harga pengorbanan yang saya lakukan adalah jalan yang harus ditempuh,” ungkap Ridha.
“Hari ini, saya berstatus sebagai Calon Wali Kota Medan nomor urut 2. Saya harus berkeliling kota bertemu dengan banyak orang dan berharap doa serta dukungannya pada 27 November 2024 di Tempat Pemungtan Suara (TPS),” sambungnya.
Apa yang menjadi landasan niat kuta Prof Ridha Maju menjadi Wali Kota Medan?
Prof Ridha menjawab, sebagai anak yang dilahirkan di Kota Medan, sekolah dan tumbuh besar serta saat ini membesarkan anak di Kota Medan. Ada banyak keprihatinan yang kerap didapatkan.
Seperti banyaknya pengemis di lampu merah, angka kriminalitas tinggi, problem kesehatan masyarakat mulai dari pembiayaan hingga peralatan serta pelayanan, lapangan pekerjaan yang rendah, kualitas pendidikan yang terkesan menurun, banjir kota dan bonus demografi, di mana kalangan muda produktif, yang sebenarnya tak memiliki pondasi Pendidikan serta fisik yang baik.
“Alasan kuat saya maju jadi Wali Kota Medan karena bonus demografi, saat ini generasi produktif terus meningkat. Bahkan, puncak tertinggi pada 5 tahun akan datang. Tapi, saya melihat ada pesien saya usia 6 tahun tidak bisa bicara karena mengalami gangguan syaraf. Begitu juga ada anak usia 14 tahun harus operasi syaraf kejepit. Ditambah, angka kriminalitas di sekitar kita. Saya melihat belum ada solusi sampai saat ini,” ungkap Alumni Himpunan Mahasiswa Ilsma (HMI) ini.
Dia juga bercerita, sewaktu di jalan malam ada gerombolan anak remaja naik sepeda motor, sambil berkeliling dan berujung perkelahian seperti di Jalan Ringroad yang mungkin sebagian kalangan mengetahui informasi ini.
“Inikan sebenarnya masalah ya, sudah bertahun-tahun. Memang penangkapan pelaku kriminalitas adalah memberikan efek jera, tapi apakah bisa memutus mata rantai orang untuk tidak berbuat lagi?,” ucapnya.
“Banyak perlintasan di kepala saya yang sering hadir, mengapa jadi begini Kota Medan?,” tambahnya.
Alasan membereskan masalah di Kota Medan inilah menjadi sumber kekuatan niat Prof Ridha Dharmajaya untuk maju menjadi Calon Wali Kota Medan berpasangan dengan wakilnya, Abdul Rani Ketua DPC PPP Kota Medan, yang memiliki pengalaman tiga periode di DPRD Medan.
Lewat dua duet Prof Ridha yang merupakan akademisi, dan aktivis organisatoris, dengan Abdul Rani yang memiliki pengalaman di DPRD Medan, “Dengan keberanian niat kami, akan menghadirkan wajah Kota Medan yang baru, dan layak sebagai Kota Masa depan generasi muda produktif,” kata Prof Ridha.
Dia mengungkapkan, program unggulan yang dimilikinya adalah Pendidikan karakter dari mulai Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Pendidikan karakter ini seperti disiplin, religious dan memiliki kekuatan fisik serta berwawasan keterampilan,” ujarnya.
Selanjutnya di bidang Kesehatan, Prof Ridha menekankan, persoalan gizi seimbang, disiplin hidup bersih dan sehat, penguatan pencegahan penyakit melalui Posyandu dan penguatan pelayanan Kesehatan berkualitas.
“Tenaga medis ada, tapi penunjang peralatan kurang baik. Inilah yang harus ditingkatkan,” katanya.
“Menambah ruang pekerjaan baru bagi generasi muda, dan menciptakan generasi muda bekarakter serta memiliki keterampilan mandiri. Dengan penguatan ini, saya yakin angka kriminalitas rendah. Karena semua orang sibuk dalam rutinitas pekerjaannya,” ujarnya.
Di akhirnya, mengenai persoalan banjir kota, Prof Ridha mengakui, sebagai anak Medan yang tumbuh dan besar di Kawasan Medan Petisah, justru banyak Sejarah yang didapatkan. Dahulu ruas jalan tidak banjir, sekarang banjir. Bahkan, dulu sering banjir, sekarang menjadi lama surutnya. Bahkan, Sungai Sei Sikambing ini bersih sekarang kotor.
“Saya akan menuntaskan masalah ini dengan mengurai masalahnya dari awal, dan menuntaskanya secara bertahap melalui pendekatan fakta lapangan dan kajian akademik. Sehingga hasil solusinya, bukan diukur dari dikerjakan tapi diukur dari angka selesai tidak banjir lagi,” sebutnya.
Prof Ridha menyampaikan, tentu sebagai seorang yang sedang ikut konstestasi politik ini, berharap kepada seluruh Masyarakat di Kota Medan untuk memilih pemimpin dari sisi keseriusannya memimpin Kota Medan. Bukan dari money politik yang diberikan.
“Jika memilih pemimpin karena money politik, hasilnya adalah memilih penyuap terbaik di Kota Medan,” ucapbya. (wol/pel/d2)
Discussion about this post