Oleh:
Dr. Elva Ronaning Roem, SSos, MSi
Waspada.co.id – Kini, ada istilah “kebenaran baru” dalam dunia komunikasi. Yakni, kebenaran yang merujuk pada konsistensi antara suatu pernyataan atau keyakinan dengan realitas atau fakta yang ada. Tradisionalnya, kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang objektif dan tetap, tidak tergantung pada pandangan individu atau perubahan sosial.
Namun, dalam konteks sosial dan budaya, konsep kebenaran dapat bervariasi dan ditafsirkan secara berbeda oleh masyarakat dan individu. Pandangan dan keyakinan seseorang dapat mempengaruhi persepsinya terhadap kebenaran. Oleh karena itu, apa yang dianggap sebagai “kebenaran baru” dapat merujuk pada pemahaman atau pandangan baru yang muncul dalam masyarakat atau dalam bidang pengetahuan tertentu.
Kebenaran baru sering kali muncul sebagai hasil dari perkembangan ilmiah, perubahan sosial, atau interpretasi ulang terhadap fakta atau keyakinan yang sudah ada sebelumnya. Hal ini bisa terjadi ketika informasi baru, bukti empiris, atau perspektif baru diperkenalkan, yang dapat mengubah atau melengkapi pemahaman kita tentang suatu topik atau peristiwa.
Jadi, kebenaran baru mengacu pada pandangan atau pemahaman yang berbeda dari apa yang sebelumnya dianggap sebagai kebenaran yang berlaku secara umum. Namun, penting untuk mencatat bahwa kebenaran baru sering kali dipertanyakan, didiskusikan, dan dievaluasi untuk memastikan kredibilitasnya dan konsistensinya dengan bukti dan fakta yang ada.
Kebenaran yang berdasarkan framing merujuk pada cara penyajian atau pembingkaian suatu informasi yang dapat mempengaruhi persepsi dan penafsiran orang terhadap kebenaran tersebut. Framing adalah teknik komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi cara orang memahami dan merespons suatu topik atau peristiwa.
Dalam konteks framing, kebenaran tidak hanya ditentukan oleh fakta yang ada, tetapi juga oleh cara informasi tersebut disajikan. Framing dapat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan, menginterpretasikan, dan merespons suatu peristiwa atau isu.
Misalnya, dalam konteks politik, berita atau pernyataan yang disampaikan dengan framing yang berbeda dapat mempengaruhi pandangan orang terhadap kebenaran atau posisi yang diungkapkan. Sebuah peristiwa yang sama dapat dijelaskan dengan menggunakan framing yang positif, negatif, atau netral, yang pada gilirannya mempengaruhi cara orang memandang dan memahami kejadian tersebut.
Framing juga dapat digunakan untuk menekankan aspek tertentu dari suatu isu atau mempengaruhi penekanan pada informasi yang relevan. Dengan cara ini, framing dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap kebenaran atau dapat menyampaikan pesan yang berbeda secara emosional atau persuasif.
Penting untuk diingat bahwa framing bukan berarti manipulasi langsung atau kebohongan, tetapi lebih berkaitan dengan cara informasi disajikan dan konteks yang diberikan. Namun, karena framing dapat memengaruhi persepsi dan penafsiran kita, penting untuk melihat melampaui framing tersebut, mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber, dan menggunakan pemikiran kritis untuk mencari kebenaran yang lebih objektif.
Adapun contoh kebenaran baru dalam framing opini publik, diantaranya pengungkapan fakta baru. Dalam hal ini, jika ada fakta baru yang terungkap dalam investigasi jurnalistik atau penelitian independen, seperti informasi yang sebelumnya disembunyikan atau tidak diketahui, ini dapat mengubah persepsi publik tentang skandal politik atau masalah lainnya.
Selanjutnya, ketika kelompok advokasi atau gerakan sosial memperkenalkan pandangan baru atau informasi yang belum pernah dipertimbangkan oleh sebelumnya, ini dapat memunculkan kebenaran baru. Contohnya, kampanye kesadaran tentang isu seperti kesehatan mental dapat mengubah cara masyarakat memandang dan berbicara tentang masalah ini.
Di satu sisi, perkembangan teknologi baru, seperti informasi tentang kecerdasan buatan atau revolusi digital, juga dapat mengubah cara masyarakat memandang etika, privasi, dan dampak teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kebijakan publik berubah atau terjadi perubahan signifikan dalam pendekatan pemerintah terhadap suatu isu, ini dapat mempengaruhi cara masyarakat memandang isu tersebut.
Semua contoh ini menunjukkan bagaimana perubahan dalam informasi, penelitian, norma sosial, atau peristiwa dapat menciptakan kebenaran baru dalam cara masyarakat memahami dan merespons berbagai isu. Pada intinya, kebenaran baru dalam konteks framing opini publik mengacu pada cara berpikir atau sudut pandang yang mungkin berbeda dari cara tradisional atau umum dalam mengartikan atau menginterpretasikan suatu isu atau peristiwa. Ini dapat terjadi ketika ada perkembangan informasi, penelitian, atau fakta baru yang mempengaruhi pemahaman kita tentang suatu topik tertentu.
Dalam konteks framing opini publik, berita atau informasi sering kali disajikan dengan cara tertentu yang dapat mempengaruhi cara orang memahami dan merespons suatu isu. Framing melibatkan pemilihan kata-kata, gambaran, konteks, dan penekanan tertentu untuk mengarahkan perhatian dan interpretasi orang terhadap isu tersebut. Oleh karena itu, ketika ada perkembangan baru yang mengubah cara kita melihat suatu isu, ini dapat dianggap sebagai “kebenaran baru” dalam framing opini publik.
Kebenaran baru ini bisa muncul dari berbagai sumber, seperti penelitian ilmiah baru, fakta baru yang terungkap, perubahan dalam konteks sosial atau politik, atau interpretasi yang lebih mendalam tentang suatu topik. Ini dapat mengakibatkan pergeseran dalam pandangan publik dan pemahaman tentang suatu isu tertentu, serta dapat mempengaruhi cara berbagai kelompok atau individu untuk meresponsnya.
Penting untuk diingat, bahwa framing opini publik tidak selalu netral atau objektif, dan berbagai pihak dapat mencoba untuk mempengaruhi cara isu tersebut diartikan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk tetap kritis dalam memproses informasi dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang sebelum membentuk opini tentang suatu isu.
*Penulis adalah Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
Discussion about this post